KOMPOS - UNHAS

KOMUNITAS MAHASISWA PERTANIAN ORGANIK DAN SAINS

Dalam Segala Hal yang Kita Lakukan Awali Semua dengan DOA

Dalam Segala Hal yang Kita Lakukan Awali Semua dengan DOA
saya

Minggu, 22 Juni 2014

PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN KARET DI KABUPATEN BANTAENG / RUBBER PLANT CULTIVATION



A.      Perjalanan
            Praktikum lapang ini dilaksanakan pada tanggal 18-20 Oktober 2013 di Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba (Pantai Bira). Praktikum ini diadakan sebagai salah satu kegiatan untuk menyambut angkatan baru yang bergabung dalam jurusan Budidaya Tanaman (Agronomi) sekaligus dirangkaikan dengan praktiktik lapang untuk semua mata kuliah jurusan Agronomi, salah satunya adalah mata kuliah Budidaya Tanaman Tahunan.
            Untuk mata kuliah Budidaya Tanaman Tahunan ini, kami melakukan praktek lapang pada hari ke-3 di daerah Kabupaten Bantaeng yaitu di PT. Lonssum. Tanaman tahunan yang kita amati di sana yaitu tanaman keret, dimana kita melakukan pengamatan tanaman pada tahap-tahap pasca panen tanaman karet tersebut yang dipimpin langsung oleh Prof.Dr.Ir.H.Ambo Ala, MS beserta salah satu pegawai/pekerja pada perusahaan terebut serta para dosen yang juga ikut pada praktek lapang tersebut. Praktikum ini sangat menarik karena kita bisa mendapat ilmu secara teori, kita juga bisa melihat langsung keadaan lapangan dan mempelajari sistem serta masalah-masalah tanaman karet yang terjadi di lapangan.
            Berikut ini adalah penjelasan mengenai tanaman karet mulai dari budidaya tanaman karet hingga pada pasca panen tanaman karet.
1.        Persyaratan Tumbuh
Budidaya tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh sebagai berikut :
1. Iklim
- Tinggi tempat 0 sampai 200 m dpl.
- Curah hujan 1.500 sampai 3.000 mm/th.
- Bulan kering kurang dari 3 bulan.
- Kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam.
    2. Tanah
- Kemiringan tanah kurang dari 10%.
- Jeluk efektif lebih dari 100 cm.
- Tekstur tanah terdiri lempung berpasir dan liat berpasir.
- Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimal 15%. - pH tanah berkisar antara 4,3 – 5,0. - Drainase tanah sedang.
2. Persiapan Lahan
Pembukaan Lahan Penyiapan lahan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1.      Secara Mekanis
·         Pohon karet tua (replanting) atau semak dan atau pohonnon karet (new planting) ditebang dengan menggunakan gergaji (Chain saw), atau didorong menggunakan ekscavator sehingga perakaran ikut terbongkar.
·         Pohon yang telah tumbang segera dipotong-potong dengan panjang sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
·         Bagian-bagian cabang dan ranting yang masih tertinggal dipotong-potong lebih pendek untuk memudahkan pengumpulan pada jalur yang telah ditetapkan.
·         Sambil menunggu pekerjaan memotong ranting yang tersisa, pekerjaan dilanjutkan dengan membongkar tunggul yang masih tersisa di lapang.
·         Pembongkaran tunggul dapat dilakukan dengan menggunakan alat berat (buldozer) sehingga sebagian besar tunggul dan akar tanaman karet dapat terangkat.
·         Semua tunggul yang telah dibongkar bersama dengan sisa cabang dan ranting dibersihkan dengan cara dirumpuk/dikumpulkan.
·         Hasil rumpukan diusahakan agar terkena sinar matahari sebanyak-banyaknya sehingga cepat kering. Jarak antar tumpukan kayu karet diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu pekerjaan pengolahan tanah dan tumpang tindih dengan barisan tanaman.
·         Khusus untuk areal peremajaan, tunggul kayu dan seluruh perakaran mutlak harus dibuang dan diangkat untuk mencegah tumbuhnya kembali JAP, minimal tunggul yang berdekatan dengan tanaman baru. - Pembongkaran atau penebangan habis seluruh tanaman yang tumbuh (land clearing), yang dianjurkan adalah pengolahan lahan tanpa bakar (zero burning).
2.      Secara Kimiawi Urutan pekerjaan dalam penyiapan lahan secara kimiawi adalah sebagai peracunan tunggul yang dapat dilakukan antara lain dengan 2,4,5-T ataupun garlon.





3.         Penanaman
Persiapan Penanaman Setelah lahan siap ditanami, langkah selanjutnya adalah persiapan tanam dengan tahapan sebagai berikut :
·         Mengajir - Untuk memperoleh hasil yang optimal, jarak tanam karet yang direkomendasikan adalah 6 m x 3 m atau jumlah populasi sekitar 550 pohon per ha. d.2 Pembuatan Lubang Tanam 1) Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm dan disiapkan minimal 2 minggu sebelum penanaman
·         Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan meng-gunakan cangkul tanah. Tanah bagian bawah (sub-soil) dipisahkan dengan dengan tanah bagian atas (top-soil). 3) Selanjutnya diberikan pupuk dasar yaitu SP 36 dengan dosis 125 gram/pohon atau sekitar 62,5 kg/ha. d.3 Penanaman.
·         Waktu Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat tersebut merupakan awal yang baik/optimal untuk memulai penanaman dan harus berakhir sebelum musim kemarau. ii). Pelaksanaan Tanam Bibit yang akan ditanam dapat berupa stum mata tidur maupun bibit dengan payung satu. Adapun ketentuan bibit siap tanam adalah sebagai berikut :
·         Apabila bahan tanam berupa stum mata tidur, maka mata okulasi harus sudah membengkak/mentis. Hal ini dapat diperoleh dengan cara menunda pencabutan bibit minimal seminggu sejak dilakukan pemotongan batang bawah. Sedangkan, jika bahan tanam yang dipakai adalah bibit yang sudah ditumbuhkan dalam polybag, maka bahan yang dipakai maksimum memiliki dua payung daun tua. Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam. Untuk bibit stum mata tidur, arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah yang rata, sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulai diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras, sedangkan bibit dalam polybag arah okulasi menghadap Timur.
·         Kemudian bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah (sub-soil) dan selanjutnya dengan tanah bagian atas (top-soil). Selanjutnya, tanah dipadatkan secara bertahap sehingga timbunan menjadi padat dan kompak, tidak ada rongga udara dalam lubang tanam.
·         Lubang tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata dengan tanah di sekelilingnya. Untuk bibit stum mata tidur kepadatan tanah yang baik, ditandai dengan tidak goyang dan tidak dapat dicabutnya stum yang ditanam, sedangkan bibit dalam polybag pemadatan tanah dilakukan dengan hati-hati mulai dari bagian pinggir ke arah tengah.
·         Penyulaman Penyulaman dilakukan dengan bahan tanam yang relatif seumur dengan tanaman yang disulam. Hal ini dilakukan dengan selalu menyediakan bahan tanam untuk sulaman dalam polybag sekitar 10% dari populasi tanaman.
4.        Pemeliharaan Tanaman
·         Pembuangan Tunas Palsu - Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini banyak tumbuh pada bahan tanam stum mata tidur, sedangkan pada bibit stum mini atau bibit polybag, tunas palsu jumlahnya relatif kecil. - Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Hanya satu tunas yang ditinggalkan dan dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi. Pembuangan tunas palsu ini akan mempertahankan kemurnian klon yang ditanam.
·         Pembuangan Tunas Cabang - Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada ketinggian sampai dengan 2,75 m-3,0 m dari atas tanah. - Pemotongan tunas cabang dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang yang telah berkayu selain sukar dipotong, akan merusak batang kalau pemotongannya kurang hati-hati. e.3 Perangsangan Percabangan - Percabangan yang seimbang pada tajuk tanaman karet sangat penting, untuk menghindari kerusakan oleh angin. - Perangsangan percabangan perlu dilakukan pada klon yang sulit membentuk percabangan (GT-1, RRIM-600), sedangkan pada klon yang lain seperti PB-260 dan RRIC- 100, percabangan mudah terbentuk sehingga tidak perlu perangsangan. - Untuk perangsangan cabang ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu pembuangan ujung tunas, penutupan ujung tunas, pengguguran daun, pengikatan batang, dan pengeratan batang.
5.        Menentukan Matang Sadap
a.       Matang Sadap Pohon
            Kriteria umur tanaman tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5 - 6 tahun. Pohon karet dinyatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih. Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan okulasi untu tanaman okulasi.
b.      Persiapan Buka Sadap
            Tinggi bukan sadap Tanaman karet okulasi mempunyai lilit batang bawah dengan bagian atas yang relatif sama (silinder), demikian juga dengan tebal kulitnya. Tinggi bukaan sadap pada tanaman okulasi adalah 130 cm di atas pertautan okulasi. Ketinggian ini berbeda dengan ketinggian pengukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap Arah irisan sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh lateks. Sudut kemiringan irisan yang paling baik berkisar antara 300 – 400 terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang sadap atas, sudut kemiringannya dianjurkan sebesar 450. Panjang irisan sadap Panjang irisan sadap adalah 1/2s (irisan miring sepanjang ½ spiral atau lingkaran batang). Letak bidang sadap Bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah pergerakan penyadap waktu menyadap.
            Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang sekitar 8 cm. Talang sadap dipasang pada jarak 5 cm – 10 cm dari ujung irisan sadap bagian bawah. Mangkuk sadap umumnya terbuat dari plastik, tanah liat atau aluminium. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 5-20 cm di bawah talang sadap. Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk yang diikat dengan tali cincin pada pohon.
6.        Pelaksanaan penyadapan
     Kedalaman irisan sadap Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30 tahun. Kedalaman irisan sadap dianjurkan berkisar 1-1,5 mm dari kambium. c.2 Ketebalan irisan sadap Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah berkisar antara 1,5 mm – 2 mmsetiap penyadapan, agar penyadapan dapat dilakukan selama kurang lebih 25 – 30 tahun. c.3 Frekuensi penyadapan Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 s), frekuensi penyadapan adalah 1 kali dalam 3 hari (3/d) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi 1 kali dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya. c.4 Waktu penyadapan Penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin yaitu antara jam 05.00 – 07.30 pagi.

0 komentar:

Posting Komentar