A.
Perjalanan
Praktikum
lapang ini dilaksanakan pada tanggal 18-20 Oktober 2013 di Kabupaten Bantaeng
dan Bulukumba (Pantai Bira). Praktikum ini diadakan sebagai salah satu kegiatan
untuk menyambut angkatan baru yang bergabung dalam jurusan Budidaya Tanaman
(Agronomi) sekaligus dirangkaikan dengan praktiktik lapang untuk semua mata
kuliah jurusan Agronomi, salah satunya adalah mata kuliah Budidaya Tanaman
Tahunan.
Untuk
mata kuliah Budidaya Tanaman Tahunan ini, kami melakukan praktek lapang pada
hari ke-3 di daerah Kabupaten Bantaeng yaitu di PT. Lonssum. Tanaman tahunan
yang kita amati di sana yaitu tanaman keret, dimana kita melakukan pengamatan
tanaman pada tahap-tahap pasca panen tanaman karet tersebut yang dipimpin
langsung oleh Prof.Dr.Ir.H.Ambo Ala, MS beserta salah satu pegawai/pekerja pada
perusahaan terebut serta para dosen yang juga ikut pada praktek lapang
tersebut. Praktikum ini sangat menarik karena kita bisa mendapat ilmu secara
teori, kita juga bisa melihat langsung keadaan lapangan dan mempelajari sistem
serta masalah-masalah tanaman karet yang terjadi di lapangan.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai tanaman karet mulai dari budidaya tanaman karet hingga pada pasca panen tanaman karet.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai tanaman karet mulai dari budidaya tanaman karet hingga pada pasca panen tanaman karet.
1.
Persyaratan
Tumbuh
Budidaya tanaman karet memerlukan
persyaratan tumbuh sebagai berikut :
1. Iklim
- Tinggi tempat 0 sampai 200 m
dpl.
- Curah hujan 1.500 sampai 3.000
mm/th.
- Bulan kering kurang dari 3
bulan.
- Kecepatan angin maksimum kurang
atau sama dengan 30 km/jam.
2. Tanah
- Kemiringan tanah kurang dari
10%.
- Jeluk efektif lebih dari 100
cm.
- Tekstur tanah terdiri lempung
berpasir dan liat berpasir.
- Batuan di permukaan maupun di dalam
tanah maksimal 15%. - pH tanah berkisar antara 4,3 – 5,0. - Drainase tanah
sedang.
2.
Persiapan Lahan
Pembukaan
Lahan Penyiapan lahan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1.
Secara
Mekanis
·
Pohon karet tua (replanting)
atau semak dan atau pohonnon karet (new planting) ditebang dengan menggunakan
gergaji (Chain saw), atau didorong menggunakan ekscavator sehingga perakaran
ikut terbongkar.
·
Pohon yang telah tumbang
segera dipotong-potong dengan panjang sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
·
Bagian-bagian cabang dan
ranting yang masih tertinggal dipotong-potong lebih pendek untuk memudahkan
pengumpulan pada jalur yang telah ditetapkan.
·
Sambil menunggu pekerjaan
memotong ranting yang tersisa, pekerjaan dilanjutkan dengan membongkar tunggul
yang masih tersisa di lapang.
·
Pembongkaran tunggul dapat
dilakukan dengan menggunakan alat berat (buldozer) sehingga sebagian besar
tunggul dan akar tanaman karet dapat terangkat.
·
Semua tunggul yang telah
dibongkar bersama dengan sisa cabang dan ranting dibersihkan dengan cara
dirumpuk/dikumpulkan.
·
Hasil rumpukan diusahakan
agar terkena sinar matahari sebanyak-banyaknya sehingga cepat kering. Jarak
antar tumpukan kayu karet diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu
pekerjaan pengolahan tanah dan tumpang tindih dengan barisan tanaman.
·
Khusus
untuk areal peremajaan, tunggul kayu dan seluruh perakaran mutlak harus dibuang
dan diangkat untuk mencegah tumbuhnya kembali JAP, minimal tunggul yang
berdekatan dengan tanaman baru. - Pembongkaran atau penebangan habis seluruh
tanaman yang tumbuh (land clearing), yang dianjurkan adalah pengolahan lahan
tanpa bakar (zero burning).
2.
Secara
Kimiawi Urutan pekerjaan dalam penyiapan lahan secara kimiawi adalah sebagai
peracunan tunggul yang dapat dilakukan antara lain dengan 2,4,5-T ataupun
garlon.
3.
Penanaman
Persiapan Penanaman Setelah lahan
siap ditanami, langkah selanjutnya adalah persiapan tanam dengan tahapan sebagai
berikut :
·
Mengajir
- Untuk memperoleh hasil yang optimal, jarak tanam karet yang direkomendasikan
adalah 6 m x 3 m atau jumlah populasi sekitar 550 pohon per ha. d.2 Pembuatan
Lubang Tanam 1) Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm dan disiapkan
minimal 2 minggu sebelum penanaman
·
Pembuatan
lubang tanam dilakukan dengan meng-gunakan cangkul tanah. Tanah bagian bawah
(sub-soil) dipisahkan dengan dengan tanah bagian atas (top-soil). 3)
Selanjutnya diberikan pupuk dasar yaitu SP 36 dengan dosis 125 gram/pohon atau
sekitar 62,5 kg/ha. d.3 Penanaman.
·
Waktu
Penanaman tanaman karet dilakukan pada awal musim penghujan, saat tersebut
merupakan awal yang baik/optimal untuk memulai penanaman dan harus berakhir
sebelum musim kemarau. ii). Pelaksanaan Tanam Bibit yang akan ditanam dapat
berupa stum mata tidur maupun bibit dengan payung satu. Adapun ketentuan bibit
siap tanam adalah sebagai berikut :
·
Apabila
bahan tanam berupa stum mata tidur, maka mata okulasi harus sudah
membengkak/mentis. Hal ini dapat diperoleh dengan cara menunda pencabutan bibit
minimal seminggu sejak dilakukan pemotongan batang bawah. Sedangkan, jika bahan
tanam yang dipakai adalah bibit yang sudah ditumbuhkan dalam polybag, maka
bahan yang dipakai maksimum memiliki dua payung daun tua. Penanaman dilakukan
dengan memasukkan bibit ke tengah-tengah lubang tanam. Untuk bibit stum mata
tidur, arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah yang rata,
sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulai diarahkan bertolak belakang
dengan dinding teras, sedangkan bibit dalam polybag arah okulasi menghadap Timur.
·
Kemudian
bibit ditimbun dengan tanah bagian bawah (sub-soil) dan selanjutnya dengan
tanah bagian atas (top-soil). Selanjutnya, tanah dipadatkan secara bertahap
sehingga timbunan menjadi padat dan kompak, tidak ada rongga udara dalam lubang
tanam.
·
Lubang
tanam ditimbun sampai penuh, hingga permukaan rata dengan tanah di
sekelilingnya. Untuk bibit stum mata tidur kepadatan tanah yang baik, ditandai
dengan tidak goyang dan tidak dapat dicabutnya stum yang ditanam, sedangkan
bibit dalam polybag pemadatan tanah dilakukan dengan hati-hati mulai dari
bagian pinggir ke arah tengah.
·
Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan bahan tanam yang relatif seumur dengan tanaman yang
disulam. Hal ini dilakukan dengan selalu menyediakan bahan tanam untuk sulaman
dalam polybag sekitar 10% dari populasi tanaman.
4.
Pemeliharaan
Tanaman
·
Pembuangan
Tunas Palsu - Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi.
Tunas ini banyak tumbuh pada bahan tanam stum mata tidur, sedangkan pada bibit
stum mini atau bibit polybag, tunas palsu jumlahnya relatif kecil. - Pemotongan
tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Hanya satu tunas yang
ditinggalkan dan dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi.
Pembuangan tunas palsu ini akan mempertahankan kemurnian klon yang ditanam.
·
Pembuangan
Tunas Cabang - Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada
ketinggian sampai dengan 2,75 m-3,0 m dari atas tanah. - Pemotongan tunas
cabang dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang yang telah berkayu selain
sukar dipotong, akan merusak batang kalau pemotongannya kurang hati-hati. e.3
Perangsangan Percabangan - Percabangan yang seimbang pada tajuk tanaman karet
sangat penting, untuk menghindari kerusakan oleh angin. - Perangsangan percabangan
perlu dilakukan pada klon yang sulit membentuk percabangan (GT-1, RRIM-600),
sedangkan pada klon yang lain seperti PB-260 dan RRIC- 100, percabangan mudah
terbentuk sehingga tidak perlu perangsangan. - Untuk perangsangan cabang ada
beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu pembuangan ujung tunas, penutupan
ujung tunas, pengguguran daun, pengikatan batang, dan pengeratan batang.
5.
Menentukan
Matang Sadap
a.
Matang
Sadap Pohon
Kriteria
umur tanaman tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5 - 6 tahun. Pohon karet
dinyatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih.
Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan okulasi untu
tanaman okulasi.
b.
Persiapan Buka Sadap
Tinggi
bukan sadap Tanaman karet okulasi mempunyai lilit batang bawah dengan bagian
atas yang relatif sama (silinder), demikian juga dengan tebal kulitnya. Tinggi
bukaan sadap pada tanaman okulasi adalah 130 cm di atas pertautan okulasi.
Ketinggian ini berbeda dengan ketinggian pengukuran lilit batang untuk
penentuan matang sadap. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap Arah irisan
sadap harus dari kiri atas ke kanan bawah, tegak lurus terhadap pembuluh
lateks. Sudut kemiringan irisan yang paling baik berkisar antara 300 – 400
terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah. Pada penyadapan bidang sadap
atas, sudut kemiringannya dianjurkan sebesar 450. Panjang irisan sadap Panjang
irisan sadap adalah 1/2s (irisan miring sepanjang ½ spiral atau lingkaran
batang). Letak bidang sadap Bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama
dengan arah pergerakan penyadap waktu menyadap.
Pemasangan
Talang dan Mangkuk Sadap Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan
panjang sekitar 8 cm. Talang sadap dipasang pada jarak 5 cm – 10 cm dari ujung
irisan sadap bagian bawah. Mangkuk sadap umumnya terbuat dari plastik, tanah
liat atau aluminium. Mangkuk sadap dipasang pada jarak 5-20 cm di bawah talang
sadap. Mangkuk sadap diletakkan di atas cincin mangkuk yang diikat dengan tali
cincin pada pohon.
6.
Pelaksanaan
penyadapan
Kedalaman
irisan sadap Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30 tahun.
Kedalaman irisan sadap dianjurkan berkisar 1-1,5 mm dari kambium. c.2 Ketebalan
irisan sadap Ketebalan irisan sadap yang dianjurkan adalah berkisar antara 1,5
mm – 2 mmsetiap penyadapan, agar penyadapan dapat dilakukan selama kurang lebih
25 – 30 tahun. c.3 Frekuensi penyadapan Frekuensi penyadapan adalah jumlah
penyadapan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Dengan panjang irisan ½
spiral (1/2 s), frekuensi penyadapan adalah 1 kali dalam 3 hari (3/d) untuk 2
tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi 1 kali dalam 2 hari (d/2)
untuk tahun selanjutnya. c.4 Waktu penyadapan Penyadapan sebaiknya dilakukan
sepagi mungkin yaitu antara jam 05.00 – 07.30 pagi.
0 komentar:
Posting Komentar