I.
PENDAHULUAN.
1.1. Latar
Belakang
Sorgum
( Sorghum spp.) adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber
pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan ke-5, sorgum
berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Sorgum
merupakan makanan pokok penting di Asia Selatan dan Afrika
sub-sahara.Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas,
tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta
lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibading tanaman pangan lain.
Sorgum terdiri dari beberapa varietas
dengan kandungan nutrisi yang berbeda-beda. Dengan adanya berbagai varietas
tanaman sorgum maka kualitas yang ada pada daun tanaman ini untuk tiap-tiap
varietas kemungkinan besar berbeda, sehingga untuk pemanfaatannya sebagai pakan
perlu mengetahui kandungan nutrisi tanaman sorgum dari varietas yang tepat pakan
yang dihasilkan tanaman sorgum di Sulawesi Selatan sehingga perlu danya
analisis untuk pemanfaatannya sebagai pakan dengan pemilihan varietas yang
tepat.
Kandungan nutrisi tanaman sorgum ini setara dengan tanaman jagung, sebagai bahan pangan maupun sebagai pakan. Tanaman sorgum juga memiliki kelebihan dapat dipanen 2-3 kali dalam sekali tanam. Sorgum merupakan tanaman penghasil pakan hijauan sekitar 15-20 ton/ha/th dan pada kondisi optimum dapat mencapai 30-45 ton/ha/th dalam bentuk bahan segar. Tanaman sorgum, mempunyai keistimewaan lebih tahan terhadap kekeringan dan genangan bila dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya serta dapat tumbuh hampir disetiap jenis tanah. Kendati kandungan nutrisi sorgum yang tinggi, saat ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan sorgum sendiri belum mencapai taraf pengembangan yang memuaskan. Nilai jual sorgum dilihat belum potensial sebagaimana produk serealia yang lain seperti beras, jagung, gandum dan kacang-kacangan. Pemanfaatan sorgum oleh petani sendiri masih terkendala dengan kelengkapan fasilitas yang diperlukan seperti mesin pemecah biji dan peralatan pengolahan pascapanen lainnya. Biji sorgum sulit dikupas sehingga diperlukan perbaikan teknologi penyosohan. Kesulitan ini pun dialami Maria Loretha yang harus bersusah payah mendapatkan penggilingan beras di pedalaman Pulau Adonara yang mau menyosoh sorgum hasil panen pertamanya.
Kandungan nutrisi tanaman sorgum ini setara dengan tanaman jagung, sebagai bahan pangan maupun sebagai pakan. Tanaman sorgum juga memiliki kelebihan dapat dipanen 2-3 kali dalam sekali tanam. Sorgum merupakan tanaman penghasil pakan hijauan sekitar 15-20 ton/ha/th dan pada kondisi optimum dapat mencapai 30-45 ton/ha/th dalam bentuk bahan segar. Tanaman sorgum, mempunyai keistimewaan lebih tahan terhadap kekeringan dan genangan bila dibandingkan dengan tanaman palawija lainnya serta dapat tumbuh hampir disetiap jenis tanah. Kendati kandungan nutrisi sorgum yang tinggi, saat ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dikarenakan sorgum sendiri belum mencapai taraf pengembangan yang memuaskan. Nilai jual sorgum dilihat belum potensial sebagaimana produk serealia yang lain seperti beras, jagung, gandum dan kacang-kacangan. Pemanfaatan sorgum oleh petani sendiri masih terkendala dengan kelengkapan fasilitas yang diperlukan seperti mesin pemecah biji dan peralatan pengolahan pascapanen lainnya. Biji sorgum sulit dikupas sehingga diperlukan perbaikan teknologi penyosohan. Kesulitan ini pun dialami Maria Loretha yang harus bersusah payah mendapatkan penggilingan beras di pedalaman Pulau Adonara yang mau menyosoh sorgum hasil panen pertamanya.
Produksi
sorgum di Indonesia masih sangat rendah, bahkan secara umum produk sorgum belum
tersedia di pasar-pasar. Terkait dengan energi, di beberapa negara seperti
Amerika, India dan Cina, sorgum telah digunakan sebagai bahan baku pembuatan
bahan bakar etanol (bioetanol). Secara tradisional, bioetanol telah lebih lama
diproduksi dari molases hasil limbah pengolahan gula tebu (sugarcane). Walaupun
harga molases tebu relatif lebih murah, namun bioetanol sorgum dapat
berkompetisi. Aspek Ekonomi dan Botani Sorgum.
Sorgum
termasuk tanaman rumputan kekar dengan tinggi mencapai 0,5 - 6 m. Batang
tunggal, padat tanpa rongga, dan di bagian tengahnya terdapat berkas-berkas
pengangkut. Daun mempunyai panjang 30 - 135 cm, dan lebar 1,5 - 15 cm. Sistem
perakaran memanjang sampai kedalaman 1,5 m ke dalam tanah, dimana 90% dari
jumlah akar terletak pada kedalaman sampai 90 cm dari permukaan tanah. Biji
sorgum berbentuk bola dan mempunyai warna yang bervariasi, dari putih, kuning
pucat, merah, cokelat, sampai cokelat tua keunguan. Keberhasilan perkecambahannya
selain dipengaruhi oleh lingkungan (suhu, air, cahaya, dan sebagainya) juga
dipengaruhi oleh keadaan biji (penuaan pada saat panen, penyimpanan, ukuran dan
berat biji). Daun sorgum berbentuk lurus memanjang. Biji sorgum berbentuk bulat
dengan ujung mengerucut, berukuran diameter sekitar 2 mm. Satu pohon sorgum
mempunyai satu tangkai buah yang memiliki beberapa cabang buah.
Produktivitas sorgum di Indonesia sangat berfluktuatif. Hal ini
dikarenakan budidaya tanaman dan pengelolahan pasca panen sorgum belum stabil.
Sorgum
mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia sebagai
tanaman penghasil bahan pangan dan pakan ternak. Sistem pengolahan tanah bagi
sorgum sebaiknya dilakukan seperti halnya pengolahan tanah pada jagung. Waktu
tanam sorgum sebaiknya diatur dengan baik agar pembungaan tanaman terjadi pada
saat hujan mulai kurang dan pemasakan biji bersamaan pada musim kemarau.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi
Tanaman Sorgum
Klasifikasi
Taksonomi Tanaman Sorgum (Anonim, 2012):
Kingdom
: Plantae/tumbuhan
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta
(menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida
(berkeping satu/monokotil)
SubKelas :
Commelinidae
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae (suku
rumput-rumputan)
Genus
: Sorghum
Spesies : Sorghum bicolor (L.) Moench
Tanaman
sorgum merupakan tanaman yang termasuk ke dalam famili graminae yang mampu
tumbuh tinggi hingga 6 meter. Bunga sorgum
termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di
dalam satu bunga. Bunga sorgum merupakan
bunga tipe panicle (susunan bunga di tangkai).
Rangkaian bunga sorgum berada di bagian ujung tanaman. Bentuk tanaman ini secara umum hampir mirip dengan
jagung, yang membedakan adalah tipe
bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna, sedangkan sorgum bunga
sempurna.Tanaman sorgum memiliki akar serabut. menyatakan bahwa sorgum
merupakan tanaman biji berkeping satu tidak
membentuk akar tunggang dan hanya akar lateral. Sistem perakarannya terdiri atas akar-akar seminal (akar-akar
primer) pada dasar buku pertama
pangkal batang, akar-akar koronal (akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar-akar yang tumbuh dipermukaan tanah).Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder 2 kali lipat dari jagung, (Rismunandar, 2006).
pangkal batang, akar-akar koronal (akar-akar pada pangkal batang yang tumbuh ke arah atas) dan akar udara (akar-akar yang tumbuh dipermukaan tanah).Tanaman sorgum membentuk perakaran sekunder 2 kali lipat dari jagung, (Rismunandar, 2006).
Tanaman
sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh
hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat
kelaminnya berada di dalam satu bunga. Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin
yang ada pada lapisan epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan
tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah
(Kusuma dkk., 2008).
Pentingnya
tanaman sorgum tersebut menyebabkan perkembangan pemuliaan tanaman ini
berkembang cukup pesat. Pemuliaan tanaman sorgum lebih diarahkan pada tinggi
tanaman, hasil, ketahanan terhadap hama penyakit, kualitas dan mutu biji.
Berdasarkan bentuk malai dan tipe spikelet, sorgum diklasifikasikan ke dalam 5
ras yaitu ras Bicolor, Guenia, Caudatum, Kafir, dan Durra. Ras Durra yang
umumnya berbiji putih merupakan tipe paling banyak dibudidayakan sebagai sorgum
biji (grain sorgum) dan digunakan sebagai sumber bahan pangan. Diantara ras
Durra terdapat varietas yang memiliki batang dengan kadar gula tinggi disebut
sebagai sorgum manis (sweet sorghum). Sedangkan ras-ras lain pada umumnya
digunakan sebagai biomasa dan pakan ternak. Program pemuliaan sorgum telah
berhasil memperoleh varietas dengan kandungan gula yang tinggi (sweet sorghum)
sehingga dapat menggantikan tanaman tebu sebagai penghasil bahan pemanis.
Sorgum manis tersebut telah berhasil dibudidayakan di China sebagai bahan
pembuat biofuel (Kusuma dkk., 2008).
Sorgum merupakan tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32 spesies. Diantara spesies-spesies tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor (japonicum). Tanaman yang lazim dikenal masyarakat Jawa dengan nama Cantel ini sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti padi, jagung, hanjeli dan gandum serta tanaman lain seperti bambu dan tebu. Dalam taksonomi, tanaman-tanaman tersebut tergolong dalam satu keluarga besar Poaceae yang juga sering disebut sebagai Gramineae/rumput-rumputan (Anas, 2011).
Sorgum merupakan tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32 spesies. Diantara spesies-spesies tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor (japonicum). Tanaman yang lazim dikenal masyarakat Jawa dengan nama Cantel ini sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti padi, jagung, hanjeli dan gandum serta tanaman lain seperti bambu dan tebu. Dalam taksonomi, tanaman-tanaman tersebut tergolong dalam satu keluarga besar Poaceae yang juga sering disebut sebagai Gramineae/rumput-rumputan (Anas, 2011).
Sorgum
telah dibudidayakan di Cina selama lebih dari 5000 tahun dan sekarang roti
dengan bahan sorgum merupakan makanan paling penting di sebagian besar daerah
kering di Afrika dan Asia (Bouman, 1985). Bahan pangan biji sorgum dapat diolah
menjadi berbagai macam makanan. Tepung sorgum dapat diolah sebagai bahan dasar
roti. Roti tawar yang terbuat dari tepung sorgum tidak berbeda teksturnya
dibandingkan roti yang terbuat dari tepung terigu (Syam dkk., 1996).
Lingkungan
tumbuh untuk tanaman sorgum adalah optimum pada ketinggian tempat kurang lebih
0 – 500 m dpl. Semakin tinggi tempat pertanaman akan semakin memperlambat waktu
berbunga dari tanaman sorgum. Temperatur yang dibutuhkan tanaman sorgum adalah
25°C – 27°C adalah suhu terbaik untuk perkecambahan biji sorgum, sedangkan
untuk pertumbuhannya perlu suhu sekitar 23oC – 30°C dengan keasaman tanah atau
pH optimum tanah untuk pertumbuhannya sekitar 6.0 – 7.5. Sorghum dimanfaatkan
sebagai bahan pangan dan pakan ternak, memiliki kandungan nutrisi yang baik
bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi daripada beras. Kandungan tersebut
adalah kalori (332 cal), protein (11,0 g), lemak (3,3 g), karbohidrat (73,0 g),
kalsium (28,0 mg), besi (4,4 mg), posfor (287 mg) dan vit B1 (0,38 mg)
(Laimehewira Jantje, 1997).
Keunggulan
sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap
kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan
terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lain seperti jagung dan
gandum. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang baik,
sehingga dapat digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak
alternatif. Biji sorgum memiliki kandungan karbohidrat tinggi dan sering
digunakan sebagai bahan baku industri bir, pati, gula cair atau sirup, etanol,
lem, cat, kertas dan industri lainnya. Tanaman sorgum telah lama dan banyak
dikenal oleh petani Indonesia khususnya di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku,
NTB, dan NTT (Yanuwar, 2002).
III.
PEMBAHASAN
3.1.
Pasca Panen
Setelah
dipanen bahan pangan secara fisiologi masih hidup. Proses hidup ini perlu
dipertahankan, tetapi sebaiknya jangan dibiarkan berlangsung cepat. Jika proses
hidup ini berjalan cepat, maka akan terjadi kebusukan. Penanganan pascapanen
yang baik akan menekan kehilangan (losses), baik dalam kualitas maupun
kuantitas, yaitu mulai dari penurunan kualitas sampai komoditas tersebut tidak
layak pasar (not marketable) atau tidak layak dikonsumsi.
Bahan pangan
yang tergolong pada biji-bijian banyak sekali jenisnya, antara lain adalah
jagung, padi, gandum, sorgum, kedelai, kacang panjang, kacang hijau, kacang
tunggak, berbagai jenis kara, dan lain-lain. Secara individual, tiap
biji-bijian mempunyai sifat-sifat tersendiri yang spesifik Penanganan pascapanen pada komoditas tanaman
pangan yang berupa biji-bijian (cereal/grains), ubi-ubian dan
kacang-kacangan dilakukan penanganan berupa pemipilan/perontokan, pengupasan,
pembersihan, pengeringan (curing/drying), pengemasan, penyimpanan, dan
pencegahan serangan hama dan penyakit. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan
komoditas yang telah dipanen dalam kondisi baik serta layak dan tetap enak
dikonsumsi serta dapat tahan agak lama jika disimpan.
Berdasarkan
Laimeheriwa (1990) tahapan penanganan pascapanen sorgum antara lain:
a. Pengeringan
Biasanya pengeringan dilakukan dengan cara
penjemuran selama ± 60 jam hingga kadar air biji mencapai 10 – 12 %. Kriteria
untuk mengetahui tingkat kekeringan biji biasanya dengan cara menggigit
bijinya. Bila bersuara berarti biji tersebut telah kering.
Apabila hari hujan atau kelembaban udara tinggi,
pengeringan dapat dilakukan dengan cara menggantungkan batang-batang sorgum di
atas api dalam suatu ruangan atau di atas api dapur.
b. Perontokan
Perontokan secara tradisional dilakukan
dengan pemukul kayu dan dikerjakan di atas lantai atau karung goni. Pemukulan
dilakukan terus menerus hingga biji lepas. Setelah itu dilakukan penampian untuk
memisahkan kotoran yang terdiri dari daun, ranting, debu atau kotoran lainnya.
Sejumlah biji dijatuhkan dari atas dengan maksud agar kotorannya dapat terpisah
dari biji dengan bantuan hembusan angin. Agar dicapai hasil yang terbaik dan
efisien dianjurkan agar menggunakan wadah supaya biji tetap bersih, usahakan
agar biji segera dirontokan setelah panen untuk mencegah serangan tikus dan
burung serta kadar air tidak boleh lebih dari 10 – 12 % untuk mencegah
pertumbuhan jamur.
c. Penyimpanan
Penyimpanan sederhana di tingkat petani
adalah dengan cara menggantungkan malai sorgum di ruangan di atas perapian
dapur. Cara ini berfungsi ganda yaitu untuk melanjutkan proses pengeringan dan
asap api berfungsi pula sebagai pengendalian hama selama penyimpanan. Namun
jumlah biji yang dapat disimpan dengan cara ini sangat terbatas. Bila biji
disimpan dalam ruangan khusus penyimpanan (gudang), maka tinggi gudang harus
sama dengan lebarnya supaya kondensasi uap air dalam gudang tidak mudah timbul.
Dinding gudang sebaiknya terbuat dari bahan yang padat sehingga perubahan suhu
yang terjadi pada biji dapat dikurangi. Tidak dianjurkan ruang penyimpanan dari
bahan besi karena sangat peka terhadap perubahan suhu. Sebelum disimpan biji
harus kering, bersih dan utuh (tidak pecah).
Tahapan
pascapanen di atas masih berlanjut pada tahap pengolahan. Pemanfataan sorgum
menjadi produk olahan dapat dibagi menjadi produk olahan setengah jadi dan
produk olahan jadi. Produk olahan setengah jadi atau intermediate product
yang dimaksud ialah pengolahan biji sorgum menjadi beras atau dikenal dengan
istilah dhal sorgum, pembuatan tepung dan pati sorgum. Sedangkan produk
olahan jadi ialah hasil olahan yang siap dikonsumsi.
3.2 Teknologi Pengolahan Hasil Sorgum
3.2.1
Penyosohan
biji sorgum
Penyosohan biji sorgum dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu penyosohan secara tradisional,
penyosohan dengan mesin penyosoh tipe abrasif serta penyosohan alkalis. Penyosohan
dengan metode mekanis. Penyosohan biji sorgum varietas AZU1-1 (AZ Unpad) dengan
mesin penyosoh beras tipe abrasive selama 2 menit memberikan hasil terbaik
(rendemen 82.81%, biji utuh 98.04%, biji pecah 1.96%). Penyosohan selama 2
menit juga memberikan kualitas tepung yang baik dengan tingkat kecerahan
(putih) yang menyerupai tepung terigu.
Penepungan dapat dilakukan dengan Hammer
mill dengan sebelumnya diberi perlakuan pengeringan. Pengeringan dengan
oven 120oC selama 10 atau 20 menit dan pengayakan dengan menggunakan
ukuran saringan 40 mesh menghasilkan rendemen tertinggi. Untuk mendapatkan
karakteristik tepung terbaik sebaiknya dikeringkan selama 20 menit dan
menggunakan saringan 100 mesh.
3.3.
Pengolahan tepung sorgum
3.3.1. Substitusi tepung terigu pada pembuatan roti
Dalam pembuatan roti, imbangan 80%
tepung terigu dan 20% tepung sorgum dengan metode pembuatan roti straight
process cara Lange dihasilkan roti tawar dengan karakteristik baik dan
disukai. Nilai kesukaan terhadap roti tawar campuran tepung terigu dan tepung
sorgum adalah untuk penampakan keseluruhan 3,7 (biasa sampai agak suka); warna crust
3,4 (biasa sampai agak suka); warna crumb 4,0 (agak suka); keseragaman
pori 4,0 (agak suka); aroma 3,5 (biasa sampai agak suka); keempukan dengan
ditekan 3,8 (biasa sampai agak suka); keempukan dengan digigit 4,0 (agak suka)
dan rasa 3,7 (biasa sampai agak suka), pengembangan volume roti tawar sebesar
272,17 % dan kadar air bagian crust 23,52%, bagian crumb
dekat crust 34,21%, serta bagian crumb 53,93%.
3.3.2.
Imbangan tepung sorgum dengan tepung ketan dalam pembuatan Opak
Dalam
pembuatan Opak sorgum, imbangan terbaik antara tepung sorgum dan tepung ketan
diperoleh pada substitusi tepung sorgum 50% (50:50) karena memiliki
tingkat pengembangan paling tinggi dan menghasilkan nilai kesukaan sifat
permukaan, citarasa dan kerenyahan paling baik. Pada imbangan tersebut, Opak
yang disangan memiliki karakteristik inderawi (warna dan pengembangan) lebih
baik dibandingkan dengan opak yang dipanggang.
3.3.3. Substitusi tepung terigu pada pembuatan Stik
Bawang
Untuk
pembuatan makanan ringan stik bawang, imbangan tepung sorgum dan tepung terigu
sebesar 60:40 menghasilkan karakteristik adonan yang baik, dan merupakan
imbangan yang paling disukai yang meliputi citarasa, kehalusan permukaan,
aroma, kerenyahan, dan kenampakan keseluruhan. Rata-rata konsumen/ panelis
dalam penelitian memperlihatkan tingkat kesukaan dari biasa sampai suka.
3.3.4. Imbangan tepung sorgum dan tepung tapioka dalam
pembuatan Krupuk
Untuk
pembuatan krupuk sorgum, imbangan terbaik antara tepung sorgum dan tepung
tapioka adalah sebanyak 50:50. Hasil krupuk rata-rata disukai sampai sangat
suka oleh para konsumen/ panelis. Penambahan imbangan tepung sorgum sampai 60%
telah meningkatkan kerenyahan dan citarasa dari krupuk yang dihasilkan. Namun
demikian penampakan krupuknya menjadi kurang menarik dan berwarna agak coklat.
Hal ini bisa diatasi dengan penambahan pewarna makanan pada adonan krupuk.
IV.
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1.
Sorgum
( Sorghum spp.) adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber
pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan ke-5, sorgum
berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai.
2.
Penanganan pascapanen yang baik akan menekan
kehilangan (losses), baik dalam kualitas maupun kuantitas, yaitu mulai
dari penurunan kualitas sampai komoditas tersebut tidak layak pasar (not
marketable) atau tidak layak dikonsumsi.
3.
Pengelolahan
hasil produksi tanaman gandum dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk
menghasilkan prodak sehingga nilai jual tanaman sorgum meningkat.
5.2. Saran
Penanganan
pasca panen tanaman sorgum sangat perlu dilakukan dengan intensif untuk
meningkatkan kualitas hasil produksi. Kami menyadari makalah yang kami tulis
ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca
sangat kami butuhkan untuk memperbaiki tulisan kami.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2012.Klasifikasi
Tanaman Sorgum. http://andiariewijakusuma.blogspot.com /2011/03/laporan-budidaya-tanaman-semusim-sorgum.html.
Diakses pada tanggal 4 Desember 2013. Pukul 23.00 WIB. Bandar Lampung
Anas.
2011.Sorgum.http://xa.yi1.mg.com/kq/groups/25896088/1112009878/
name/sorgum1.doc. Diakses tanggal 26 Juni 2012. Pukul 23.20 WIB. Bandar Lampung
Kusuma, J., F.N. Azis, A. Hanif,
Erifah I., M. Iqbal, A. Reza dan Sarno. 2008. Tugas Terstruktur Mata Kuliah
Pemulihan Tanaman Terapan; Sorgum. Departemen Pendidikan Nasional, Universitas
Jenderal Soedirman, Fakultas Pertanian, Purwokerto.
Laimeheriwa, Jantje. 1997.
Teknologi Budidaya Sorgum. Departemen Pertanian. Balai Informasi Pertanian
Propinsi Irian Jaya.
Rismunandar .2006. Teknologi
Penanganan Pasca Panen. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Sirappa, M.P. 2013. Prospek
pengembangan sorgum di indonesia sebagai komoditas alternatif untuk pangan,
pakan dan industri. Jurnal Litbang Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Sulawei Selatan Makassar.
Syam, M., Hermanto dan A.
Musaddad. 1996. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan, Prosiding Simposium
Penelitian Tanaman Pangan III, Buku 4. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan. Bogor.
Yanuwar, W. 2002. Aktivitas
Antioksidan dan Imunomodulator Serealia Non-Beras. Institut Pertanian Bogor.
0 komentar:
Posting Komentar