1.
PENDAHULUAN
Sejak manusia mulai membudidayakan tanaman selalu
diharapkan hasil terbaik dan tanamannya, baik melalui pemeliharaan maupun
pemilihan benih untuk ditanam pada generasi berikutnya. Hasil baik akan
menguntungkan penanamannya baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan lain. Sedang semua manusia tidak dapat terlepas dari produksi
tanaman. Secara langsung menggunakan sebagai makanan, pakaian dan keindahan
sedang secara tidak langsung melalui produksi ternak atau lainnya yang juga tergantung
dari tanaman.
Mengingat pentingnya tanaman bagi manusia maka orang
selalu mencari cara untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin dari tanaman yang
diusahakan. Cara ini dapat ditempuh dengan teknik bercocok tanam yang baik dan
dengan cara peningkatan kemampuan berproduksi sesuai dengan harapan
manusia. Perbaikan bercocok tanam dapat
diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lingkungan disekitar tanaman agar
dapat tumbuh dengan baik sehingga diperoleh hasil optimal. Sedang peningkatan
kemampuan tanaman dapat diartikan suatu usaha untuk merubah sifat tanaman agar
diperoleh tanaman yang lebih unggul daripada jenis atau varietas yang
sudah ada dan usaha ini disebut pemuliaan tanaman.
Pemuliaan tanaman dapat didefinisikan sebagai ilmu
tentang perubahanperubahan susunan genetik sehingga diperoleh tanaman yang
menguntungkan manusia. Dengan demikian
tujuan pemuliaan pada dasarnya adalah ekonomis. Hayes, Immer dan Smith (1955)
menyimpulkan bahwa tujuan pemuliaan tanaman adalah untuk memperoleh atau mengembangkan
varietas atau hibrida agar lebih efisien dalam penggunaan unsur hara sehingga
memberi hasil tertinggi per satuan dan menguntungkan bagi penanam serta
pemakai. Selanjutnya dikatakan bahwa
varietas yang diperoleh diharapkan tahan pada lingkungan ekstrim seperti
kekeringan, serangan hama serta penyakit dan lain-lain.
Pada mulanya pemuliaan tanaman dititikberatkan pada
pemilihan atau seleksi, karenanya yang memegang peranan adalah kemampuan
pemulia untuk menilai atau meramalkan tanaman yang dapat menjadi varietas yang
lebih unggul. Kemampuan ini terutama didasarkan atas pengalaman dan bakat.
Namun perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa teori yang mendasari amat
diperlukan baik dalam memperhitungkan maupun menganalisa tanaman agar perkiraan
dan peramalan lebih tepat, walaupun pengalaman masih tetap diperlukan.
Ilmu yang mendasari adalah llmu genetika dan genetika
sel. Manipulasi gen serta genotipa merupakan proses dalam memperoleh varietas
tanaman yang diharapkan. Demikian juga
mekanisme menurunnya sifat dari generasi ke generesi merupakan hal penting bagi
seleksi tanaman. Ilmu lain yang menunjang adalah ilmu botani, fisiologi,
taksonomi penyakit, hama, statistik, mekanisasi dan lain-lain. Dengan berkembangnya ilmu-ilmu ini membawa
ilmu Pemuliaan tanaman lebih berkembang.
Pada program pemuliaan, pemuliaan perlu
memiliki pengetahuan dasar yang amat diperlukan program itu. Pengetahuan ini terutama berkaitan dengan
genetika dan genetika sel, sifat tanaman yang akan ditingkatkan, kebutuhan
penanaman dan pemakai serta perhitungan statistik untuk menganalisis baik hasil
seleksi maupun uji galur atau populasi.
Untuk
memuliakan suatu tanaman perlu ditempuh suatu proses yang terdiri dari :
1. Penentuan tujuan
program pemuliaan. Untuk menentukannya
pemulia perlu mengetahui masalah serta harapan produsen dan konsumen serta
gagasan pemulia sendiri.
2. Penyediaan
materi pemuliaan. Suatu tanaman dapat
ditingkatkan bila ada perbedaan genetik pada materi pemuliaan. Oleh karena itu perlu adanya keragaman
genetik pada materi pemuliaan yang dipunyai pemulia.
3. Penilaian
genotipe atau populasi dijadikan varietas baru.
Penilaian ini melalui seleksi.
Penggunaan metode seleksi yang efektif tergantung dari macam pembiakan,
tanaman dan tujuan serta fasilitas tersedia.
Pada sektor ini juga diperhatikan kemampuan tanaman terhadap lingkungan
ekstrim.
4. Pengujian. Sebelum suatu galur atau populasi harapan
dilepas menjadi suatu varietas lebih dahulu diadakan pengujian atau adaptasi
berbagai lokasi, musim atau tahun. Maksud
pengujian ini untuk melihat kemampuan tanaman terhadap lingkungan dibanding
dengan varietas unggul yang sudah ada.
Tujuan
pemuliaan erat kaitannya dengan cara seleksi yang akan dilaksanakan, agar
seleksi dapat berjalan secara efektif.
Penyediaan materi pemuliaan berkaitan dengan tersedianya keseragaman
genetik, yang selanjutnya akan diuraikan secara lebih mendalam melalui : sumber
genetik pembudidayaan tanaman, jenis liar, introduksi, koleksi, hibridisasi,
poliploidi, persilangan antar species, mutasi, kotipa. Sedangkan penilaian genotipa atau populasi
dilaksanakan melalui yang caranya tergantung dari tujuan pemuliaan, cara
berkembang biak tanaman, serta tersedianya fasilitas dan dana.
Dalam
buku ini akan disinggung pengetahuan dasar, terutama yang berkaitan dengan
sumber dan penyebab keragaman genetik.
Dengan pengetahuan dasar ini akan merupakan pegangan penting dalam
memanipulasi genetik untuk tujuan pemuliaan, berdasarkan peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam. Analisis statistik
kaitannya dengan rancangan percobaan tidak banyak disinggung dalam buku ini
dengan anggapan bahwa telah didalami pada ilmu statistika sedangkan genetika
kuantitatif hanya disinggung dasar-dasarnya saja.
2.
PERKEMBANGBIAKAN TANAMAN
Pengetahuan tentang cara perkembangbiakan tanaman
penting artinya bagi pemuliaan tanaman, karena menentukan metode seleksi yang
dipergunakan. Perkembangbiakan tanaman
dibagi menjadi dua kelompok yakni :
Aseksual : Untuk mengembangkan
tanaman digunakan bagian vegetatif tanaman.
Seksual : Pengembangan tanaman
dari biji yang berisi embrio dari penyatuan gamet.
2.1 Kelompok
Aseksual
Yang termasuk kelompok ini terutama adalah tebu,
ketela rambat, kentang dan banyak tanaman buah-buahan serta tanaman
perkebunan. Perkembang biakan tanaman ini
biasanya melalui stek batang, umbi atau mata tunas yang okulasikan atau
disambungkan. Sebagai bahan induk yang
merupakan sumber genotipe. Dengan
demikian klon adalah semua individu tanaman yang diturunkan melalui
perkembangan vegetatif berasal dari suatu individu asli.
Dengan perkembangbiakan ini semua keturunan mempunyai
keseragaman genotipe. Namun demikian
dapat pula terjadi perbedaan akibat adanya mutasi baik mutasi gen maupun
kromoson. Varietas tanaman ini pada
umumnya heterozigot sehingga akan mengalami agregasi bila dikembangbiakkan
dengan biji yang tentunya tidak diharapkan oleh penanam, terutama untuk tujuan
komersial. Perkembangbiakan melalui biji
baru dilaksanakan bila ditujukan untuk meningkatkan keunggulannya yakni dengan
mengadakan persilangan antara dua induk untuk memperoleh genotipe unggul
baru.
2.2 Kelompok
Seksual
Cara perkembangbiakan tanaman secara seksual dibagi
menjadi dua yakni melalui penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Perbedaan penyerbukan ini penting artinya
bagi proses untuk memperoleh varietas baru pada program pemuliaan.
2.2.1. Spesies
Tanaman Menyerbuk Sendiri.
Penyerbukan sendiri adalah penyatuan sel telur dan
sel sperma yang berasal dari satu tanaman.
Dengan penyerbukan ini akan dapat mempertahankan homosigositas tanaman
yang sudah homosigot atau dapat diperoleh proporsi homosigot yang makin tinggi
bila dilakukan penyerbukan sendiri terus menerus. Memang pada pemuliaan tanaman menyerbuk
sendiri tujuan akhir umumnya adalah untuk memperoleh tanaman homosigot yang
unggul.
Penyerbukan sendiri terjadi karena sifat genetik dna
susunan morfologi bunga. Sifat genetik
yang dimaksud adalah kemampuan sel kelamin tanaman untuk dapat tergabung
sendiri. Sedang susunan morfologi bunga
dikaitkan dengan susunan bunga sedemikian, sehingga dapat menghalangi masuknya
tepung sari tanaman lain ke sel telur.
Beberapa mekanisme bunga yang dapat menghalangi
tepung sari lain adalah :
1. Bunga
tidak membuka
2. Butir
tepung sari luruh sebelum bunga membuka
3. Benang
sari dan putik ditutup oleh bagian bunga sesudah bunga membuka.
4. Putik
memanjang segera setelah tepung sari masak.
Contoh : pada sorgum, sekam bagian terluar tetap tertutup
sampai anthesis selesai. Pada tanaman
kedele,mahkota tetap sampai antheis selesai.
Pada tomat, tangkai putik tersembunyi dan dikelilingi benang sari.
Spesies tanaman menyerbuk sendiri kadang-kadang dapat mengadakan
penyerbukan silang. Persentase
terjadinya penyerbukan silang tergantung dari spesies, varietas dan pengharuh
lingkungan. Pada tanaman sorgum dna
kapas misalnya, terjadinya penyerbukan silang sampai 5% bahkan pada keadaan
lingkungan yang ekstrim dapat mencapai 50%.
Sedang pada tomat kurang dari 1 %.
Spesies tanaman yang termasuk kelompok tanaman yang
menyerbuk sendiri antara lain: padi, sorgum, gandum, kacang tanah, dan beberapa
kacang-kacangan lain, kedele, clotaris junea, jeruk,aprikot, kapas, terung,
serat, lada, tembakau, tomat.
2.2.2. Spesies
Tanaman Menyerbuk Silang
Penyerbukan silang adalah penyerbukan yang terjadi
oleh penyatuan sel sperma tanaman lain dengan sel telur suatu tanaman. Penyerbukan ini terjadi karena terhalangnya
tepung sarinya sendiri untuk dapat mebuahi sel telur. Jadi ciri bunga yang menyebabkan penyerbukan
silang adalah :
1. Secara
morfologi penyerbukan sendiri terhalang.
2. Berbeda
masaknya tepung sari dan sel telur
3. Inkompatibilitas
atau ketidak sesuaian alat kelamin.
4. Adanya
bunga monoeceous atau deoeceaous.
Contoh : jagung merupakan tanaman monoeceous yang mempunyai bunga jantan diujung
batang dan bunga betina pada batang.
Tepung sari terbesar melalui angin.
Walaupun termasuk penyerbuk silang, namun masih dapat terjadi
penyerbukan sendiri sampai 5%. Sedang
tanaman papaya adalah tanaman
deoeceaous. Dimana bunga jantan dan betina terletak pada tanaman terpisah,
sehingga selalu terjadi penyerbukan silang.
Tanaman deoeceaous kadang-kadang mendapat perhatian khusus dalam arti
pemuliaannya. Penyerbukan umumnya terjadi
karena bantuan angin atau serangga. Oleh
karena terjadi pencampuran sel kelamin dari tanaman berbeda maka zygot
merupakan bakal individu yang genotipenya heterosigot.
Spesies tanaman yang penting yang termasuk tanaman
menyerbuk silang antara lain : jagung, rye, apel, apokat, pisang, ceri, anggur,
mangga, papaya, beberapa kacang-kacangan, asparagus, bit, kubis, wortel,
seledri, sawi, bawang, brambang, bunga matahari, ketela pohon, ketela rambat
dan semangka.
3. PUSAT PENYEBARAN TANAMAN
Pusat
penyebaran tanaman dapat dikatakan merupakan asal dari tanaman
budidaya. Pusat ini merupakan satu atau
lebih daerah yang didalamnya terdapat banyak variasi suatu spesies tanaman
termasuk jenism liarnya. Oleh karena
itu, bila pemulia ingin memperoleh macam tanaman suatu spesies maka perlu mengetahui
dimana pusat penyebarannya.
Penyebaran yang tinggi disuatu daerah tertentu
mungkin disebabkan oleh adanya kisaran besar dari lingkungan pada tempat yang
jaraknya tidak berjauhan, misalnya tanah pegunungan dengan banyak lembah-lembah
cukup dalam dan lebar sehingga membedakan lingkungannya. Jadi perbedaan spesies terjadi akibat
pengaruh lingkungan berbeda terus menerus.
Ditambah dengan adanya segregasi dari hasil persilangan diantara
kelompok tanaman disuatu bagian daerah itu akan memperbesar perbedaan yang ada
dan sekaligus memperbesar variasinya.
Seorang ahli botani Rusia bernama Vavilov melakukan
ekspedisi keliling dunia dari tahun 1920-1940 dan berhasil membuat koleksi
ribuan tanaman dari seluruh dunia. Dari
hasil ekspedisinya ia membuat peta penyebaran genetik dan membaginya ke dalam 8
pusat penyebaran genetik. Peta ini
disajikan olehnya melalui publikasi pada tahun 1951. Kedelapan pusat penyebaran tadi adalah :

Peta 8 pusat asal
tanaman berdasarkan Vavilov
1. Pusat Cina
Merupakan pusat
asal tanaman budidaya tertua dan terluas di dunia. Daerah ini terdiri dari pegunungan di bagian
tengah dan barat serta diikuti lembah yang luas. Macam tanaman adalah :
Glycine hispida Maxim kedele
Phaseolus angularis L. kara
Phaseolus vulgaris L. kara
Avena meda L. gandum
Phyllostachys sp. Bambu kecil
Brassica juncea L.
Prunus sp.
Citrus sp. Jeruk
Sesanum indicum L. Wijen
Panicum sp.
Andropogon sorghum Brot.
Discorea balatas Decue.
Discorea japanica Thumb.
Bochmeria nivea Hock rani
Cinnamomum camphora Nees & Eberm
Papaver somniverum L.
Perilla ocymoides L.
Solanum melongena L. terung
Cucurbita moschata
Asparagus lucidus Lindl.
2. Pusat India
Sebagian besar terletak di darata India ditambah
daerah Burma dan Assam. Daerah ini
menurut Vavilov merupakan tempat kelahiran tanaman padi, banyak tanaman
kacang-kacangan dna tanaman buah-buahan.
Macam-macam :
Oryza sativa L. Padi
Andropogon sorghum Brot. Sorgum
Vigna sinensis Endl.
Solanum melongena L. terung
Cucumis sativus L. mentimun
Lactuca indica L.
Dioscorea alata L.
Dioscorea aculeata L.
Gossypium arboreum L. kapas tahunan
Cannabis indica L. lumut
Piper nigrum L. lada
Acacia arabica Willd
Morinda citri folia.
Indigofera tinctoria L.
Mangifera indica mangga
Citrus sinensis Osb. Jeruk
2.a. Pusat Indo-malaya
termasuk Malaysia, Indonesia dan Pilipina. Pusat termasuk daerah tropis dan cukup luas.
Macam tanaman :
Discorea sp
Citrus maxima
Musa sp pisang
Cocos nucifera kelapa
Sacharum offisinarum L. tebu
3. Pusat Asia
Tengah
termasuk semua kawasan Afganistan, Barat Daya India
dan sebagian kecil daerah Rusia. Daerah ini tidak sepenting dua pusat
terdahulu sebagai asal. Tanaman budidaya. Menurut Vavilov daerah ini merupakan
tempat kelahiran beberapa spesies gandum dan kopi.
Macam tanaman :
Triticum compactum Host. Gandum (wheat)
Triticum vulgare Vill. Gandum (wheat)
Secale cereale L. rye
Linim usitantissinum L. flax
Cucumis melo L.
Daucus carota L. wortel
Allium cepa L. bawang
merah
Allium sativum L. bawah putih
Spinacea oleracea L. bayam
Vitis vinifera L. anggur
Malus pumila Mill. Apel
4. Pusat Asia
Timur Dekat
termasuk daerah Asia kecil, Iran dan dataran tinggi
Turki. Dimana-mana di daerah ini
terdapat bermacam-macam tanaman gandum (wheat) merupakan juga tanaman
biji-bijian ternama makanan ternak, sayuran dan buah-buahan.
Macam tanaman :
Hordeum distichum
Secale cerale rye
Avena sative L.
Avena byzantina C Kock. flax
Medicago sativa L.
Sesamum indicum urgen
Linum usitatissimum L. flax
Punica granatum L.
Malus pumila Mill.
Prunus devaricata Led.
Prunus sp
Pisum sativum L
Cucumis melo
5. Pusat Mediteran
Daerah ini terletak disekitar laut mediteran, baik
yang merupakan bagian dataran Eropa maupun Afrika. Menurut Vavilov merupakan
asal banyak macam sayuran.
Macam tanaman :
Triticum sp. clover
Trifolium repens L.
Vicea sativa L.
Brassica sp.
Allium sp.
Lactuca sativa L lettuce
Asparagus officinalis L asparagus
Beta vulgaris
Apium gravecolens L. seledri
Negella sativa L.
Lavandula ver DC lavender
Mentha piperita L. peperment
6. Pusat Abisinia
Terletak dibagian Afrika Timur daya menghadap ke laut
Merah. Daerah ini juga banyak ditemui tanaman sebangsa gandum
Macam tanaman :
Triticum sp. Gandum (wheat)
Andropogon sorghum Link. Sorgum
Visum sativum L. pea
Vicia faba L. kacang-kacangan
Linum usitatissiumum L. flax
Sesanum indicum L wijen
Ricinus communis L. jarak
Coffea arabica L. kopi
Allium sp. Bawang
Hisbiscus esculentus L.
7. Pusat Meksiko Selatan dan Amerika Tengah
Termasuk
daerah sekitar perbatasan antara Amerika Tengah dan Utara, menurut
Vavilov merupakan kelahiran tanaman jagung, lada, dan tanaman buah-buahan
tropika. Mungkin juga untuk tanaman coklat, ketela rambat dan spesies kapas.
Macam tanaman :
Zea mays L. jagung
Phascolus sp.
Canavalia ensiformis DC
Cucurbita ficifolia Buche semangka
Ipomoea batatas Poiret ketela rambat
Capsicum annum L. lombok
Capsicum frustescens lombok
Bossypium hirsutum L. kapas
Gossypium purpuroscens Poir kapas
Agave sisalana Perrine sisal
Theobroma cacao L coklat
Opuntia sp.
Carica papaya L. papaya
8. Pusat Amerika Selatan
Termasuk
bagian Peru, Ekuador dan Bolivia. Daerah ini merupakan daerah
pengunungan, sehingga terdiri dari cukup banyak spesies dari beberapa jenis
tanaman. Menurut Vavilov merupakan daerah khusus untuk kentang.
Macam tanaman :
Lapinus mutabilis
Phaseolus lunatus L. lemabean
Phaseolus vugaris L.
Cucurbito maxima Duch
Gossypium barbadense L. kapas Mesir
Licopersicum esculentum Mill tomat
Nicotiana tobacum L
Cinchona calsaya Wedd
Cinchona succirubra Pav.
Solanum tuberosum L kentang
8.a. Pusat Brasilia - Paraguai
Terletak pada sekitar sebagaian perbatasan Brasilia
dan Paraguai
Macam tanaman :
Manihor utilissima Pohl. Ketela pohon
Arachis hypogaea L. kacang tanah
Thobroma sp. Coklat
Hevea brasiliensis Mull. Karet
Ilex paraguayensis A. St.
Hil. Teh Paraguai
Eugene sp.
Ananas comosa (L)
Merr. Nenas
Anccardium occidentala L. mente
Ternyata suatu spesies tanaman dapat berasal dari
lebih satu pusat penyebaran. Hal ini terjadi akibat adanya migrasi penduduk atau melalui perdagangan
antara negara dijaman dahulu, yang kemudian terbentuk variasi baru sesuai
dengan variasi lingkungan setempat. Tanaman biji-bijian lebih menonjol, mungkin
sebagian tanaman bahan makanan dibutuhkan di tempat lain yang berjauhan dan
kemudian sebagian dijadikan benih di tempat baru itu. Oleh karena itu Vavilov
juga menentukan adanya pusat penyebaran kedua.
Menurut hasil pengamatan Vavilov menunjukkan bahwa
varietas yang tumbuh di pusat penyebaran biasanya terdiri dari sejumlah besar
faktor dominan. Sedang sifat resesif hasil mutasi dan inbreeding banyak ditemui
daerah tepi dari pusat penyebaran atau di daerah yang terisolir. Sifat resesif
ini sering pula mempunyai arti penting dalam pemuliaan tanaman.
Dengan memperhatikan ragam suatu spesies tanaman di pusat
penyebaran maka nampak bermacam-macam sifat tanaman yang menunjukkan sifat yang
mungkin untuk spesies itu. Contoh bila seorang pemulia menghendaki suatu sifat
tertentu pada tanaman yang dimuliakan. Ia tinggal mencari apakah sifat itu ada
pada daerah pusat penyebaran, tetapi belum nampak pada tanaman disuatu tempat.
Maka untuk memperoleh hanya tergantung waktu atau usaha memanipulasi gent
tanaman itu. Keadaan ini oleh Vavilov diutarakan bahwa untuk mempelajari sistem
keragam tanaman dapat disejajarkan dengan keragaman yang ada atau pernah ada.
Selanjutnya pernyataannya ini dikenal dengan Hukum Homolog.
Contoh : bila seseorang ingin memuliakan tanaman pisang
dengan tujuan untuk mendapatkan varietas berbuah panjang, sedang di negaranya
belum ada jenis buah panjang, maka pemulia perlu datang ke pusat penyebaran
tanaman ini, misalnya Indonesia. Oleh karena memang ada jenis ini di Indonesia
maka pemulia tadi dapat mengharapkan bahwa pada suatu saat akan tercapai
keinginannya melalui program pemuliaanya. Contoh lain : apabila seorang pemulia
tanaman kedele di Indonesia mempunyai keinginan memperoleh suatu varietas
kedele dengan warna biji tertentu maka ia perlu mempelajari macam-macam
varietas kedele di pusat penyebarannya yakni di Cina. Seandainya di Cina ada jenis
kedele macam yang diinginkan, maka dapat diharapkan apa yang diinginkan pemulia
tadi akan terpenuhi melalui program pemuliaannya.
6. SIFAT TANAMAN
6.1.
Sifat Kualitatif dan Kuantitatif
Penampakan suatu tanaman atau penotipa ditentukan
oleh interaksi genotipa dengan faktor lingkungan. Untuk meningkatkan kemampuan
tanaman, amat tergantung bagaimana memanipulasi gen agar menjadi genotipa yang
diharapkan baik sebagai individu tanaman maupun sebagai anggota suatu populasi.
Oleh karena itu pengetahuan tentang genetika perlu dipahami untuk dapat membuat
program peningkatan satu atau beberapa sifat tanaman. Sedang terhadap
lingkungan, orang hanya berusaha agar tanaman itu dapat tumbuh dan memproduksi
seoptimal mungkin.
Sifat yang nampak keluar dapat dibedakan atas sifat
kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif dapat dibedakan secara tegas atau deskret,
karena dikendalikan oleh gen sederhana. Sedang sifat kuantitatif tidak dapat
dibedakan secara tegas karena dikendalikan oleh banyak gen sehingga kalau dibuat
distribusinya akan menunjukkan distribusi kontinue.
6.1.1.
Sifat Kualitatif
Sifat kualitatif adalah sifat yang secara kualitatif
berbeda sehingga mudah dikelompokkan dan biasanya dinyatakan dalam kategori.
Sifat ini yang menjadi obyek penelitian Mendel sehingga tercipta hukumnya yang
terkenal itu. Genetika Mendel menyangkut segregasi, rekombinasi, linkage,
interaksi nonallele dan lain-lain yang dapat menyebabkan berhasil-tidaknya
hibridisasi sebagai salah satu metode dalam program pemuliaan.
Segregasi
Dasar kebakaan (heredity) yang digunakan Mendel
berasal dari organisme yang mempunyai sifat tegas dan konstan. Disamping itu
disyaratkan bahwa tetua dan cara perkawinannya ditentukan secara pasti. Dari
hasil perkawinan akan diperoleh keturunan yang mengalami segregasi. Bila sepasang tetua keduanya homozigot atau
dari penyerbukan sendiri, maka segresi terjadi baru pada F2. Segregasi terjadi pada proses meiosis yang
menyebabkan gen-gen pada suatu lokus terpisah dan masing-masing dapat membentuk
gamet yang berbeda. Dengan demikian
dimungkinkan terjadinya kombinasi-kombinasi berbeda, yang menyebabkan perbedaan
genotipe keturunan. Makin banyak
pasangan gen yang mengalami segregasi, makin banyak kombinasi yang dapat
terjadi pada keturunan, bahkan peningkatannya secara eksponensial (Tabel 6.1).
Ternyata makin banyak pasangan gen yang terlihat
berarti akan menghadapi sejumlah besar perbedaan genotipa. Oleh karena sifat kualitatif hanya
dikendalikan oleh beberapa pasang gen, maka untuk pasangan gen yang besar tidak
lagi memberikan gambaran yang tegas tetapi bersifat kontinue sehingga hal ini
termasuk kategori sifat kuantitatif yang akan diuraikan lebih lanjut.
Tabel 6.1. Kemungkinan jumlah
gamet, genotipe dan penotipa dari perbedaan pasangan gen.
Jumlah
Pasangan Gen
|
Macam
Gamet Pada F1
|
Macam
Genotipa Pada F2
|
Jumlah
Individu Lengkap pada F2
|
Macam
Penotipa pada F2
|
|
Dominan
Penuh
|
Tanpa
Dominan Tanpa Epistasis
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
2
|
3
|
2
|
4
|
9
|
16
|
4
|
9
|
3
|
8
|
27
|
64
|
8
|
27
|
4
|
16
|
81
|
256
|
16
|
81
|
-
|
|||||
-
|
|||||
-
|
|||||
10
|
1024
|
59049
|
1084576
|
||
-
|
|||||
-
|
|||||
-
|
|||||
n
|
2n
|
3n
|
4n
|
2n
|
3n
|
Rekombinasi
Rekombinasi adalah suatu kombinasi baru dari pasangan
gen yang linkage sehingga berbeda dengan kombinasi tertuanya. Proporsi rekombinasi sama dengan proporsi
crossing-over. Dengan demikian rekombinasi
ini berkaitan dengan gen yang dalam keadaan linkage.
Linkage adalah kesatuan antara dua atau lebih sifat
menurun yang disebabkan oleh gen yang tergabung pada kromosom sama. Makin dekat letak gen-gen tersebut makin
ketat linkage. Sedang pada percobaan
Mendel hanya mempelajari kombinasi gen yang bersifat dapat bercampur bebas
(independet assortment) artinya gen dapat terdistribusi ke gamet secara
random. Mendel mempelajari tujuh
pasangan sifat yang kebetulan terletak pada kromosome berbeda, sehingga
diantara sifat-sifat itu tidak linkage.
Bila gen-gen yang menjadi obyek pemuliaan dalam keadaan linkage yakni
linkage antara gen yang diinginkan dan tidak diinginkan, maka akan menghambat
perbaikan sifat pada pemuliaan. Hambatan
tersebut amat tergantung dari nilai rekombinasi. Makin kecil nilai rekombinasi gen-gen
tersebut maka kemungkinan untuk memperoleh kombinasi baru yang diinginkan
menurun secara drastis. Sebaliknya linkage
antara gen yang diinginkan dapat membantu program pemuliaan (Tabel 6.2)
Tabel 6.2. Pengaruh linkage terhadap proporsi genotipa AB/AB yang diharapkan
pada F2 dari Heterozigot ganda.
Nilai Prakombinasi
|
Persentase individu AB/AB pada F2
bila F1 adalah
|
|
AB/ab
|
Ab/aB
|
|
0.50 (bebas)
|
6.25
|
6.25
|
0.25
|
14.06
|
1.56
|
0.10
|
20.25
|
0.25
|
0.02
|
24.01
|
0.01
|
0.01
|
24.50
|
0.0025
|
P
|
¼ (1-p)2
|
½ p2
|
Nilai rekombinasi adalah proporsi kombinasi baru, yakni
proporsi yang mengalami crossing over terhadap yang tidak crossing over itu
sendiri tergantung pada kekuatan linkage yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor
fisiologi dan lingkungan.
Epistasis
Epistasis adalah suatu peristiwa dimana suatu gen
menekan kegiatan gen lain yang tidak terletak pada lokus sama dalam suatu
kromosom. Perbedaan dengan dominan
adalah pada dominan penekanan gen terjadi antara gen pada satu lokus.
Istilah epistasis ini diperkenalkan oleh Bateson pada
tahun 1909. Pada waktu itu dimaksudkan
untuk menerangkan genomena dimana penambahan sifat dari satu gen dapat berubah
tergantung ada tidaknya gen atau gen-gen lain.
Epistasis ini dapat dikatakan pula interaksi antar allel. Pada tanaman menyerbuk sendiri, epistasis ini
mungkin mempunyai arti lebih penting bagi pemulia tanaman dibanding dengan
peristiwa dominan, karena dominan hanya berlangsung sementara. Oleh karena epistasis tidak perlu tergantung
pada keterosigositas, maka dimungkinkan membentuk kombinasi dari sifat yang ada
agar lebih mempunyai arti dalam peningkatan sifat. Melalui interaksi gen tersebut dimungkinkan
untuk menampakkan suatu sifat yang dikehendaki terhadap sifat yang berbeda dan
tidak diinginkan, sehingga akan menimbulkan peningkatan dibanding tetuanya pada
hibridisasi. Contoh pemuliaan kandungan
HCN pada tanaman klover pada tanaman ini HCN tinggi dikendalikan oleh dua allel
dominan yang satu menghasilkan glukosida sianogen, sedang lainnya menghasilkan
enzym sebagai katalisator untuk melepaskan HCN dari glukosida. Tanaman yang memiliki sekurang-kurangnya satu
allel dominan pada masing-masing substrat maupun enzym. Bilamana suatu tanaman mempunyai gen-gen ini
dalam keadaan relatif homosigot pada masing-masing atau kedua lokus, maka akan
menyebabkan kandungan HCN-nya rendah karena kekurangan baik substrat atau enzim
atau keduanya.
Oleh karena peristiwa ini sering berkaitan dengan
sifat morfologi dan fisiologi tanaman, maka merupakan hal menarik bagi pemulia
tanaman dalam meningkatkan sifat yang saling terkait tersebut. Dengan mengetahui adanya peristiwa ini pada
sifat yang dipelajari dan dapat memanipulasinya, maka dapat diperoleh hasil
pemuliaan yang diharapkan.
Penetrans dan variasi penampakan
Penetran adalah kemampuan suatu gen untuk menimbulkan
pengaruh pada penotipa. Derajat penetran
suatu gen diukur oleh proporsi individu yang menunjukkan penotipe sifat yang
sesungguhnya. Misalnya suatu gen
mengendalikan sifat untuk warna belang pada ujung daun. Bila sifat demikian ini ditunjukkan oleh 10%
dari sejumlah tanaman yang ada maka berarti derajat penetrannya adalah
10%. Bila tanaman menunjukkan penotipa
tersebut dikatakan derajat penetran lengkap atau 100%. Untuk gen resesif tidak mempunyai penetran
pada keadaan heterosigot. Bila
penyimpanan penotipa tersebut bermacam-macam maka dikatakan terjadi variasi
ekspresivitas. Oleh karena itu ekspresivitas
diartikan penampakan atau derajat penampakan suatu gen tertentu. Kedua peristiwa diatas adalah sebagai akibat
dari pengaruh lingkungan.
Pada pemuliaan tanaman, peristiwa tersebut mempunyai
arti negatif, karena dapat membingungkan tugas pemulia tanaman. Dalam menyeleksi belum tentu tanaman yang
tidak menampakkan sifat tidak berpotensi.
Jadi peristiwa ini cenderung mengaburkan hubungan antara genotipa dan
penotipa.
6.1.2. Sifat Kuantitatif
Banyak sifat penting seperti produksi, kadar protein
dan kualitas dikendalikan oleh kegiatan banyak gen yang masing-masing mempunyai
pengaruh kecil pada sifat itu. Seperti
telah diutarakan, sifat demikian ini disebut sifat kuantitatif. Dengan adanya pengaruh lingkungan, akan
menambah pengaburan perbedaan genetika tersebut.
Teori Mendel tidak dapat diterapkan untuk mempelajari
proses menurunnya sifat ini, tetapi digunakan teori lain yakni genetika
kuantitatif. Agar diperoleh gambaran
mengenai genetika kuantitatif ini, selanjutnya diuraikan secara singkat hal-hal
dasar tentang teori ini.
Untuk sifat kuantitatif pekerjaan seleksi akan lebih
efisien bila didasarkan atas variasi genetik. Akan tetapi untuk menyeleksi
sifat kuantitatif tidak lagi mendasarkan pada variasi genetik, tetapi pada
variasi penotipa individu-individu kuantiatif bagi masing-masing individu
tanaman yang selanjutnya digunakan pendekatan analisis sejumlah ukuran sifat
itu.
Perintis genetika kuantitatif adalah Fisher (1918)
yang membagi nilai penotipa menjadi komponen pengaruh gen dan lingkungan dan
memperkenalkan dengan rumus P = G + E, dimana P = penotipa, G = komponen genetik,
dan E = penyimpanan lingkungan.
Selanjutnya ahli genetik dan pemuliaan berusaha untuk dapat
memperkirakan proporsi pengaruh genetik dan lingkungan.
Pada genetika kuantitatif terutama dipelajari nilai
genetika pada suatu populasi dengan memperhatikan baik proporsi gen dan
penotipa yang ada pada populasi itu.
Frekuensi gen dan genotipa
Sebelum pemulia melaksanakan seleksi individu suatu
populasi, lebih dahulu perlu diketahui proporsi gen dan genotipa yang
dikehendaki. Proporsi atau frekuensi gen
yang dikehendaki ini umumnya dalam keadaan rendah, dan biasanya dinyatakan
dengan p sedangkan yang tidak dikehendaki dinyatakan dengan q. Bila gen dikehendaki A1 dan tidak
dikehendaki A2, maka
frekuensi gen A1 = p dan frekuensi gen A2 = q. Frekuensi ini lazimnya dinyatakan dalam
decimal, dan jumlah kedua frekuensi tersebut = 1, sehingga p + q = 1.
Dari frekuensi gen dapat ditentukan frekuensi
genotipa yang terjadi dari silang acak
tanaman yang mengandung gen-gen tersebut.
Frekuensi genotipa yang terjadi adalah :
Genotipa : A1A1 AA2 A2A2
Frekuensi : p1 2pq q2
Jumlah frekuensi : p1 + 2pq
+ q2 = 1
atau
(p + q)2 =
1
Bila dalam sifat kuantitatif termasuk gen A1,
A2, B1, B2, C1, C2,………….. N1 N2 maka frekuensi
genotipanya dapat dihitung dengan rumus :
(pA1
+ qA2)2
. (pB1 + qB2)2
. (pC1 + qC2)2 …………..(pN1 + qN2)2
.
Dengan perhitungan ini akan mudah dimengerti, bahwa
bila frekuensi-frekuensi gen yang dikehendaki dalam keadaan rendah, maka
proporsi genotipa yang terdiri dari gen-gen ini akan kecil sekali.
Nilai genotipa, pengaruh rata-rata dan nilai
pemuliaan
Pada populasi besar yang merupakan populasi silang
acak, akan terjadi keseimbangan dari generasi-generasi berikutnya baik untuk
frekuensi gen maupun geno. Keseimbangan
ini dikenal dengan hukum Hardy – Weinberg (1908).
Dengan demikian bila frekuensi gen = p + q, dan
genotipa p2 + 2pq + q2,
maka frekuensi ini akan tetap pada generasi-generasi berikutnya, dengan
pengertian tidak ada mutasi, migrasi dan seleksi.
Nilai Genotipa
Pada rumus dasar Fisher di atas disebutkan adanya
nilai genotipa dari setiap individu, nilai ini ditentukan oleh banyak gen namun
sebagai penjelasan akan diambil contoh hanya untuk satu lokus. Pada pasangan allel dari suatu lokus,
terdapat beberapa kemungkinan pengaruh dominansi pada macam genotipa yang
terjadi dari pasangan allel tadi dapat dibuat nilai genotipanya sebagai berikut
:


Nilai Genotipa -a 0 d +a
Derajat dominansi (d) mempunyai beberapa nilai. Untuk d = 0 berarti tidak ada dominan, d = ±
a berarti dominan lengkap, (d) < (a)
berarti dominan tidak lengkap sedang (d) > (a) berarti terjadi dominan lebih
(over dominance). Dengan demikian
derajat dominan dapat diukur dengan d/a.
Oleh karena pada tanaman menyerbuk silang selalu
berhadapan dengan populasi, maka nilai genotipa setiap individu digunakan untuk
memperhitungkan pengaruhnya terhadap sifat populasi secara keseluruhan. Pengaruh ini dapat dilihat dari rata-rata
populasi yang dihitung dari nilai genotipa sebagai berikut :
Genotipa Frekuensi Nilai Frek. X Nilai
A1A1 p2 + a p2a
A1A2 2pq d 2pqd
A2A2 q2 - a -q2a
Jumlah
(Rata-rata = M) a (p2 - q2) + 2pqd
Dari rumus ini terlihat bahwa peranan sesuatu lokus pada
rata-rata populasi mempunyai dua arti yakni a (p – q) untuk homosigot dan 2 dpq
untuk heterosigot. Dengan demikian bila
tidak ada homosigot (d = 0) maka M = a (1 – 2q), bila dominan lengkap (d = a)
maka M = a (1 – 2q2).
Nilai rata-rata satu lokus ini dapat digunakan untuk
membuat nilai rata-rata yang berasal dari banyak lokus dengan pengertian tidak
ada interaksi antara lokus, yakni :
M = å i ai (pi – qi)
+ 2 å i
dipiqi
Pengaruh Rata-rata dan nilai pemuliaan
Nilai genotipa tidak dapat digunakan untuk menaksir
perubahan sifat yang terjadi keturunan, karena kombinasi pada keturunan terjadi
oleh adanya pemindahan dan penggabungan gamet, bukan genotipanya. Oleh karena itu perlu digunakan suatu cara
untuk dapat menaksir pengaruh pergantian gen dengan lainnya. Ada dua cara yang dikenal yakni pertama
menghitung pengaruh rata-rata dan kedua menghitung nilai pemuliaan.
1.
Pengaruh Rata-rata
Pengaruh
rata-rata suatu gen merupakan penyimpanan rata-rata terhadap rata-rata populasi
tanaman yang menerima gen itu dari satu tetua, sedang gen dari tetua baru
datang secara acak. Dengan demikian
pengaruh rata-rata ini berkaitan dengan pengaruh yang terjadi pada populasi dan
tergantung dari frekuensi gen. Tabel
berikut menunjukkan hubungan antara frekuensi gen dan pengaruh rata-rata.
Gamet Genotipa
yang Pengaruh Rata-rata
diturunkan
A1A1 A1A2 A2A2

A1 p q
pa + qd
- M
A2 p q -qa + qd -
M
![]() |
Pengaruh rata-rata untuk gen A1 disebut a1 dan a2
sedang untuk gen A2 disebut a2. Selanjutnya a1 dan a2 dapat
disederhanakan sebagai berikut :
a1 = pa
+ qd -
M
= pa + qd
- [a (p2 - q2)] + 2 dpq)
= pa + qd
- p2a + q2a + 2 dpq
= q
(a + d) (q – p)
Dengan
cara yang sama diperoleh :
a2 = -
p (a + d) (q – p)
Bila
terjadi pergantian gen, misalnya gen A1 dan A2, maka
pengaruh rata-rata dapat dihitung dengan :
a = a1 - a2 = a + d (p -
q)
2. Nilai Pemuliaan
Nilai pemuliaan suatu individu tanaman adalah nilai
tanaman yang ditentukan oleh nilai rata-rata keturunannya. Nilai pemuliaan ini tidaklah sama dengan
pengaruh rata-rata karena nilai ini diperuntukkan individu tanaman bukan
populasi. Bila suatu individu tanaman
dikawinkan dengan sejumlah individu lain yang diambil secara acak dari
populasi, maka nilai pemuliaan tanaman itu adalah dua kali penyimpanan
rata-rata keturunan dari rata-rata populasi.
Hal ini disebabkan karena tetua memberikan hanya separuh gen kepada
keturunannya, sedang separuh lainnya secara acak berasal dari anggota populasi
lain. Hal ini disebabkan karena tetua
memberikan hanya separuh gen kepada keturunannya, sedang separuh lainnya secara
acak berasal dari anggota populasi lain.
Walaupun nilai ini mengenai individu tanaman, namun tidak dapat
dilepaskan dari populasi, karena dengan populasi ini terjadi perkawinan.
Nilai pemuliaan dapat diketahui dari persamaan
berikut :
Genotipa
Nilai
Pemuliaan
A1A1 1a1 = 2q a
A1A2 a1 + a2 = (q –
p) a
A2A2 2a2 = -2q a
Dominansi
Dominansi dapat dikatakan interaksi antara allel
dalam suatu lokus. Nilai pemuliaan dapat
dikaitkan dengan nilai genotipa dan nilai pemuliaan dalam persamaan berikut :
G =
A + D
G = nilai geno, A = nilai pemuliaan dan D = penyimpanan dominansi
Bila dalam suatu lokus tidak ada dominansi maka nilai
genotipa dan pemuliaan adalah sama.
Berdasarkan persamaan di atas maka penyimpangan
dominansi dapat dihitungan dengan selisih antara nilai genotipa dan nilai
pemuliaan. Lebih singkatnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Genotipa A1A1
A1A2 A2A2
Frekuensi p2 2pq q2
Nilai +a d -a
Nilai Genotipa 2q(a-pd) a(q-p)+(1-2pd) -2p(a+qd)
= 2q(a-pd) =
(q-p) a+2pq) = -
2p(a +qd)
Nilai pemuliaan 2qa (q – p) a -2p
a
Penyimpangan -2q2d 2pqd
-2p2d
Bila dilakukan hibridisasi antara dua galur tetua T1
dan T2 maka menghasilkan F1. Penyerbukan sendiri F1 akan
menghasilkan F2. Seandainya 2
tetua tersebut berbeda untuk k lokus maka pada F1 akan heterosigot
pada k lokus, berarti bahwa F1 akan berbeda dari rata-rata dua tetua
sebesar åk. Bila tidak semua lokus menyebabkan
peningkatan sifat maka rationya i=1 menjadi :

dimana
ai merupakan perbedaan nilai tetua dan r £ k.

Penyimpangan epistasis
Bila genotipa yang pelajari menyangkut dua atau lebih
mungkin terjadi interaksi antara allel dari lokus yang berbeda sehingga terjadi
tambahan penyimpangan. Misalnya GA
adalah nilai genotipa lokus pertama dan GB lokus kedua maka nilai
genotipa menjadi :
G = GA + GB + IAB
Dimana IAB merupakan penyimpangan dari kedua
nilai genotipa tersebut. Nilai ini
merupakan hasil interaksi atau peristiwa epistasis. Oleh karena itu I disebut penyimpangan
interaksi atau penyimpangan epistasis.
Lokus dapat mengadakan interaksi sepasang atau lebih, dan menimbulkan
keaneka ragaman, sifat yang timbul.
Secara umum persamaan di atas menjadi :
G =
A + D I
Dimana A = jumlah nilai pemuliaan dari lokus terpisah,
sedang D = jumlah penyimpangan dominan.
Linkage
Pengaruh adanya linkage pada keragaman genetik telah
ditunjukkan oleh percobaan Fisher (1918) yang kemudian diteliti lebih lanjut
oleh ahli lain. Dari
penelitian-penelitian itu dapat diperlihatkan bahwa peristiwa linkage dapat
mempertahankan keragaman genetik dan respon seleksi. Bagaimana pengaruh linkage generasi awal dari
hasil persilangan dua galur homosigot yang berbeda sepasang lokus yang linkage
akan terlihat dari penjelasan berikut.
Bila dua lokus mempunyai pengaruh sama pada sifat
maka nilai genotipanya adalah :
A1A1 A1A1 A1A1
B1B1 2a a + d 0
B1B2 a + d
2d -a+d
B2B2 0 -a + d -2a
Untuk persilangan dua galur homosigot, maka F1
yang dihasilkan adalah :
T1 T2


F1

Bila frekuensi rekombinasi antara A dan B adalah q maka
F1 akan menghasilkan gamet sebagai berikut :
Gamet A1B1
A1B2 A2B1 A2B2
Frekuensi




Semua genotipa akan ada pada F2, kecuali bila q amat
kecil, dengan rata-rata : M = d.
Keragaman genetiknya (KG) adalah :
KG = 2 q a2 + [1 - 2q (1 - q)] d2
=
a2 + ½ d2 bila q = ½
Dengan demikian rata-rata F2 tidak
dipengaruhi oleh linkage, tetapi mempengaruhi keragaman, arti pengaruh ini
tergantung dari pada derajat dominasi pada lokus berbeda.
6.2. Hubungan Antar
Sifat
Hubungan antara sifat satu dengan lainnya mempunyai
arti penting dalam pekerjaan seleksi.
Untuk meramalkan sifat tertentu dapat digunakan penduga sesuatu sifat
tertentu yang mudah diamati dan dibandingkan, serta mudah menunjukkan kemampuan
genetiknya. Peramalan ini sering
ditujukan untuk sifat kuantitatif yang sulit memberi gambaran kemampuan genetik
karena hubungan yang erat antara sifat penduga dan sifat yang dituju pada
seleksi maka pekerjaan seleksi akan lebih efektif. Pengaruh ini biasanya merupakan sifat
morfologi.
6.2.1. Komponen
Sifat Kuantitatif
Sifat kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen
dapat diartikan merupakan hasil akhir dari suatu proses pertumbuhan yang
berkaitan dengan sifat morfologi dan fisiologis. Diantara dua macam sifat ini, maka sifat
morfologi lebih mudah diamati, sehingga sering disebut komponen sifat
kuantitatif bagi pendukung kuat sifat kuantitatif itu. Sifat kuantitatif yang sering menjadi obyek
pemuliaan adalah produksi.
Komponen produksi pada tanaman biji-bijian berupa
jumlah tanaman per satuan luas, jumlah malai pertanaman, jumlah buku per malai
dan berat biji. Jumlah tanaman per
satuan luas dimasukkan pada komponen produksi, karena kerapatan tanam
biji-bijian menjadi obyek persainganyang menentukan pertumbuhan tanaman. Pada tanaman kedele, sebagai komponen
produksi adalah jumlah bubu subur, jumlah biji per polong, persentase biji
gugur dan berat biji. Sifat lain yang
dapat mempengaruhi produksi tanaman ini adalah berat kering, basah, berat 1000
biji, jumlah cabang, panjang ruas batang utama, tinggi tanaman dan masa
pertumbuhan biji. Sedang untuk tanaman
ketela pohon adalah jumlah dan ukuran umbi, ukuran dan efisiensi kanopi, ratio
bagian atas dengan akar, serta lamanya masa-masa dormansi. Beberapa sifat seperti kanopi berkaitan
dengan sifat fisiologis untuk menghasilkan tepung.
6.2.2. Korelasi
Antar Sifat
Korelasi antar dua sifat dapat berupa korelasi
penotipa dan korelasi geno. Pengamatan
biasanya dilakukan pada penotipa, sehingga korelasi yang langsung dianalisis
berasal dari ragam penotipa kedua sifat itu.
Korelasi penotipa (rp) dapat dipisah
menjadi korelasi genotipa (ra) dan korelasi faktor lingkungan (re). Oleh karena itu korelasi penotipa ini
selanjutnya diharapkan dapat menunjukkan korelasi genotipa yang lebih mempunyai
arti dalam pemuliaan. Korelasi ini dapat
diartikan sebagai korelasi nilai pemuliaan dari dua sifat yang diamati, sedang
korelasi faktor lingkungan merupakan sisa informasi yang dapat pula menerapkan
korelasi penotipa.
Nilai korelasi penotipa mempunyai persamaan :
rp
=
=


dimana x = ragam sifat pertama, y = ragam sifat kedua, V =
keragaman.
Untuk menaksir nilai peragaman g (Voc g) dan peragam
(Cov e) dapat digunakan analisis keragaman sebagai berikut :
Genotipa Keragaman
|
Derajat Bebas
|
Jumlah Hasil kali
|
Hasil kali tanah
|
Peragaman diharap dari sifat x
dan y
|
Genotipa
|
a - 1
|
![]() |
KHTg
|
Cov e + Cov a
|
Ulangan
|
b - 1
|
![]() |
KHTu
|
Cov e + Cov u
|
Error
|
(a-1)(b-1)
|
Total - HKg - HKu
|
KHTe
|
Cov e
|
6.2.3. Sidik Lintas
Sidik lintas diperkenalkan oleh Wright (1934) yang
penelitiannya telah dimulai sejak tahun 1920, yakni untuk menjelaskan hubungan
sebab akibat dari sifat-sifat yang menentukan kisaran sifat kuantitatif seperti
komponen produksi terhadap produksi.
Analisis ini merupakan suatu bentuk regresi linier yang dibuat dengan
sistem tertutup. Persamaan sidik lintas
sederhana adalah :
y = Po1 x1 + Po2
x2 + x3
dimana y adalah sifat yang dilihatkan atau dipengaruhi x1
dan x2 peubah yang telah dilakukan terhadap nilai 0 dan merupakan
satuan keragaman. x3 peubah
faktor sisa yang juga dilakukan terhadap nilai 0 dan juga merupakan satuan
keragaman. Po1 dan Po2
adalah koefisien sidik lintas yang merupakan koefisien regresi linier y dan x1
dan x2.
Dengan ketentuan bahwa x3 tidak mempunyai
korelasi dengan x1 dan x2, sedang x1 dan x2
mempunyai korelasi. Selanjutnya
koefisien korelasi kelipatan (multiple correlation) dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
R2 = Po12 + Po22
+ 2r12 Po1 Po2
dimana r12 adalah koefisien korelasi antara
perubah x1 dan x2.
Bila peubah x1 dan x2 menentukan karena y maka
untuk menghitung koefisien sidik lintas x3 digunakan persamaan :
R2
= P2o2 =
1- (Po12 + Po22 + 2 r12 Po1 Po2)
Diagram sidik lintas dapat digambarkan sebagai berikut :







x3
Dari analisis ini dapat ditaksir pengaruh langsung dan
tidak langsung terhadap y. Pengaruh
langsung adalah nilai po1 dan po2. Sedang pengaruh tidak langsung untuk sifat x1
dan x2 adalah perkalian antara r12 dengan po1 dan
po2. Walaupun analisis ini telah secara luas digunakan untuk tanaman
rumput-rumputan, biji-bijian dan kacang-kacangan namun sampai saat ini belum
jelas apakah benar-benar memberi faedah bagi program pemuliaan seperti halnya
korelasi genetik yang digunakan untuk menghitung indeks seleksi.
7. HIBRIDISASI
7.1. Tujuan
Hibridisasi
Hibridisasi bertujuan untuk memperoleh kombinasi
genetik yang diinginkan melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda
genotipanya. Keturunan hasil ini akan
terjadi segregasi pada F1 bila tetuanya heterosigot dan pada F2
bila kedua tetuanya homosigot. Adanya
segregasi ini berarti terjadi keragaman genetik yang selanjutnya perlu
diseleksi dan dievaluasi sesuai dengan kebutuhannya.
Pada tanaman menyerbut silang, hibridisasi biasanya
untuk menghasilkan tanaman inbreeding atau untuk menguji potensi sesuatu atau
beberapa tetua. Sedang pada tanaman
menyerbuk sendiri merupakan langkah pertama pada program pemuliaan karena
umumnya pemuliaan tanaman ini dimulai dengan menyilangkan dua tetua homosigot
yang berbeda genotipanya.
7.2. Pemilihan
Tetua
Agar
hibridisasi, terutama pada tanaman menyerbuk sendiri, berhasil sesuai dengan
yang diinginkan maka terlebih dahulu perlu dipilih tetua berpotensi. Pemilihan tetua ini tergantung pada sifat
yang akan dimuliakan, apakah sifat kualitatif ataukah kuantitatif.
7.2.1. Untuk Sifat
Kualitatif
Pemilihan tetua untuk sifat kualitatif relatif mudah,
karena perbedaan penampakan tetua menunjukkan pula perbedaan gen pengendali
sifat itu. Untuk memudahkan tanaman dari
populasi yang bersegregasi mudah dilakukan karena pertama : perbedaan sifat
atau tanaman satu dengan lainnya mudah terlihat, kedua: mudah diseleksi lebih
lanjut untuk menjadi tetua, khususnya untuk tetua homosigot.
7.2.2. Untuk Sifat
Kuantitatif
Pemilihan tetua untuk sifat ini lebih sulit karena
perbedaan penotipa belum tentu disebabkan perbedaan geno. Bilamana dibedakan oleh genotipa, belum tentu perbedaan itu mempunyai arti
dalam pemuliaan. Oleh karena itu,
pemilihan tetua perlu dipertimbangkan dari segi lain. Ada 3 segi yakni :
1. Sifat
fisiologis. Untuk ini diperlukan
pengetahuan tentang dasar fisiologi sifat yang menjadi obyek atau komponennya,
sehingga dapat diketahui penyebabnya yang membatasi tingginya penampilan sifat
yang dituju.
2. Adaptasi. Untuk ini diperlukan informasi tentang
kemampuan tetua untuk beradaptasi pada sesuatu atau kisaran lingkungan
tertentu. Cara yang dapat digunakan
adalah dengan menanam banyak tanaman bakal tetua pada lokasi, musim dan tahun
berbeda, kemudian membandingkan dengan teknik yang diperkenalkan oleh Finlay
dan Wilkinson.
3. Susunan
genetik. Kemampuan genetik pendukung
sifat yang dituju dapat diperkirakan melalui analisis statistik pada uji
keturunan. Hal ini akan diuraikan lebih
mendalam pada bab tentang uji keturunan.
Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan memperhatikan perbedaan
sifat-sifat lain pendukung atau komponen sifat kuantitatif itu, terutama yang
mudah diamati, misalnya tinggi tanaman, jumlah cabang, diameter batang, jumlah
anakan dan sebagainya.
7.3. Cara
Hibridisasi
Hibridisasi disini dimaksudkan untuk dapat menyatukan
dua sel kelamin dari tanaman atau tetua yang dikehendaki. Untuk ini diperlukan cara tertentu yang
berkaitan dengan sifat bunga dan masaknya sel kelamin tersebut. Sifat bunga dapat dipelajari melalui biologi
bunga yang disini tidak diuraikan
lebih lanjut dengan anggapan sudah disinggung pada mata kuliah
biologi tanaman.
Agar supaya hibridisasi berhasil maka perlu
diperhatikan beberapa hal, yakni :
7.3.1. Emaskulasi
Persilangan biasanya dimulai dengan pengambilan
tepung sari dari bunga dan pekerjaan ini disebut emaskulasi. Tepung sari diambil untuk mencegah tidak
terjadinya penyerbukan sendiri. Oleh
karena itu pengambilan dilakukan sebelum kepala putik masak, agar tidak memberi
kesempatan masuknya tepung sari yang tidak digunakan. Beberapa cara pengambilan yang dapat
dilakukan adalah :
1. Secara
mekanis
Kepala sari dapat diambil biasanya
dengan menggunakan alat seperti penjepit atau pensil. Pengambilan dilakukan sebelum tepung sari
luruh. Makin kecil bunga yang akan
diambil kepala sarinya, diperlukan alat yang makin kecil atau lancip. Perlengkapan lain yang diperlukan antara lain
; gunting kecil, kantung kertas, label.
Gunting digunakan untuk memotong ujung bunga agar dapat mengambil kepala
sari. Kantung digunakan untuk menutup
bunga yang telah diambil kepala sarinya.
Sedang label dipakai untuk memberi nomer atau catatan lain yang
diperlukan dalam proses pemuliaan selanjutnya.
Tepung sari diambil biasanya
sebelum bunga mekar. Membukanya mahkota
bunga berbeda bagi setiap tanaman dan juga keadaan lingkungan. Pada tanaman padi secara normal terjadi
antara jam 8 – 11 pagi. Masa membukanya
bunga pada malai antara 7 – 10 hari.
Pada sorgum secara normal terjadi pada malam hari atau pagi hari benar. Masa membukanya bunga pada malai antara 6 – 9
hari. Pada tanaman tebu biasanya membuka
antara jam 5 – 6 pagi. Masa membukanya
bunga antara 7 – 14 hari. Pada kentang
biasanya bunga membuka pagi benar, namun beberapa dapat terjadi sampai siang
hari. Beberapa tanaman menunjukkan warna
tertentu sebelum membuka, misalnya pada kapas bunga berwarna putih atau kuning,
namun setelah terjadi penyerbukan yang berarti bunga telah membuka warna
berubah berangsur-angsur menjadi merah.
2. Penggunaan
panas atau bahan kimia
Air panas dapat digunakan untuk mematikan tepung sari. Perlakuan ini telah digunakan untuk tanaman
padi, sorgum dan rumput-rumputan.
Suhunya antara 45 – 48oC kemudian bunga dicelupkan selama 1 –
10 menit tergantung dari species tanaman.
Suhu dingin sekitar titik beku juga dapat digunakan untuk mematikan
tepung sari tanpa emaskulasi. Perlakuan
semacam ini telah berhasil dilaksanakan untuk tanaman padi dan Wheat. Penggunaan ethyl alkohol 57% selama 10 menit
dapat mematikan tepung sari pada tanaman luceru.
3. Sterilisasi
tepung sari
Tanaman dengan tepung sarinya
steril langsung dapat digunakan sebagai induk pada persilangan tanpa
emaskulasi. Kelebihan dari cara terdahulu, persilangan dapat
digunakan secara massal dengan menanam tanaman sumber tepung sari didekatnya. Dengan cara ini dapat digunakan pada program
pemuliaan untuk memperoleh varietas hibrida pada tanaman menyerbut sendiri
secara besar-besaran. Uraian lebih
lanjut tentang sterilitas ini akan disampaikan tersendiri.
0 komentar:
Posting Komentar