Mikoriza
Istilah mikoriza diambil dari Bahasa Yunani yang secara
harfiah berarti jamur (mykos = miko) dan akar (rhiza). Jamur ini membentuk
simbiosa mutualisme antara jamur dan akar tumbuhan. Jamur memperoleh
karbohidrat dalam bentuk gula sederhana (glukosa) dari tumbuhan. Sebaliknya,
jamur menyalurkan air dan hara tanah untuk tumbuhan. Mikoriza merupakan jamur yang hidup secara bersimbiosis dengan sistem perakaran tanaman tingkat
tinggi. Walau ada juga yang bersimbiosis dengan rizoid (akar semu) jamur.
Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat
baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh
dan berkembang biak. Jamur mikoriza berperan untuk meningkatkan ketahanan hidup
bibit terhadap penyakit dan meningkatkan pertumbuhan (Hesti L dan Tata, 2009).
Mikoriza dikenal dengan jamur tanah karena habitatnya berada
di dalam tanah dan berada di area perakaran tanaman (rizosfer). Selain disebut
sebagai jamur tanah juga biasa dikatakan sebagai jamur akar. Keistimewaan dari
jamur ini adalah kemampuannya dalam membantu tanaman untuk menyerap unsur hara
terutama unsur hara Phosphates (P) (Syib’li, 2008).
Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan simbiosis
mutualistik antar cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun tanaman
sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. infeksi ini antara lain
berupa pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik. Dilain
pihak, cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya (karbohidrat dan
keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inang (Anas, 1997).
Cendawan Mikoriza Arbuskular merupakan tipe asosiasi mikoriza
yang tersebar sangat luas dan ada pada sebagian besar ekosistem yang
menghubungkan antara tanaman dengan rizosfer. Simbiosis terjadi dalam akar
tanaman dimana cendawan mengkolonisasi apoplast dan sel korteks untuk
memperoleh karbon dari hasil fotosintesis dari tanaman (Delvian, 2006).
CMA termasuk fungi divisi Zygomicetes, famili Endogonaceae
yang terdiri dari Glomus, Entrophospora, Acaulospora, Archaeospora, Paraglomus,
Gigaspora dan Scutellospora. Hifa memasuki sel kortek akar, sedangkan hifa yang
lain menpenetrasi tanah, membentuk chlamydospores (Morton, 2003). Marin (2006)
mengemukakan bahwa lebih dari 80% tanaman dapat bersimbiosis dengan CMA serta
terdapat pada sebagian besar ekosistem alam dan pertanian serta memiliki
peranan yang penting dalam pertumbuhan, kesehatan dan produktivitas tanaman.
Secara umum
mikoriza hidup di daerah tropika. Kondisi lingkungan tanah yang cocok untuk
perkecambahan biji juga cocok untuk perkecambahan spora mikoriza. Demikian pula
kindisi edafik yang dapat mendorong pertumbuhan akar juga sesuai untuk
perkembangan hifa. Jamur mikoriza mempenetrasi epidermis akar melalui tekanan
mekanis dan aktivitas enzim, yang selanjutnya tumbuh menuju korteks (Anonima,
2014).
Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa
internal tumbuh dari korteks melalui epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal
terus berlangsung sampai tidak memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi.
Bagi jamur mikoriza, hifa eksternal berfungsi mendukung fungsi reproduksi serta
untuk transportasi karbon serta hara lainnya kedalam spora, selain fungsinya
untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah untuk digunakan oleh tanaman (Anonima,
2014).
Endomikoriza
Endomikoriza merupakan cendawan yang menginfeksi
tidak menyebabkan pembesaran akar. Jaringan hifa cendwan masuk ke dalam sel
korteks akar dan membentuk struktur khas berbentuk oval yang disebut vesikel
dan sistem percabangan hifa yang dichotomous yang disebut arbuskul. Cendawan
yang hidup intraselular ini membentuk hubungan langsung antar sel-sel akar dan
tanah sekitarnya.Cendawan endomikoriza umumnya berasal dari ordo Glomales
(Zygomycetes) yang terbagi ke dalam subordo Glominae dan Gigasporinae. Tipe
cendawan ini wilayah asosiasinya lebih luas, yaitu selain berasosiasi dengan
jenis-jenis pohon hutan yang dipakai untuk HTI dan reboisasi lainnya (Acacia
mangium, Switenia macrophylla, Pterocarpus sp, dll) juga dapat berasosiasi
dengan berbagai tanaman pertanian, hortikultura dan tanaman pakan ternak
(Anonimb, 2014).
Endomikoriza mempunyai sifat-sifat antar lain
akar yang kena infeksi tidak membesar, lapisan hifa pada permukaan akar tipis,
hifa masuk ke dalam individu sel jaringan korteks, adanya bentukan khusus yang
berbentuk oval yang disebut Vasiculae (vesikel) dan sistem percabangan hifa
yang dichotomous disebut arbuscules (arbuskul) (Brundrett, 2004).
Endomikoriza mempunyai sifat-sifat antar lain
akar yang kena infeksi tidak membesar, lapisan hifa pada permukaan akar tipis,
hifa masuk ke dalam individu sel jaringan korteks, adanya bentukan khusus yang
berbentuk oval yang disebut Vasiculae (vesikel) dan sistem percabangan hifa
yang dichotomous disebut arbuscules (arbuskul) (Anonimb, 2014).
2.3. Jenis-jenis Endomikoriza
2.3.1. Glamous sp.
Spora Glomus merupakan hasil dari perkembangan
hifa, dimana ujung dari hifa akan mengalami pembengkakan hingga terbentuklah
spora. Perkembangan spora yang berasal dari hifa inilah yang dinamakan
Chlamidospora. Pada Glomus juga dikenal struktur yang dinamakan sporocarp.
Sporocarp ini merupakan hifa yang bercabang sehingga membentuk chlamidospora
(Anonimb, 2014).
2.3.2. Gigospora sp.
Struktur spora yang terbentuk biasanya globose,
subglobose namun sering berbentuk ovoid, pyriformis atau irregular. Spora pada genus
Gigaspora ini terbentuk pada mulanya berasal dari ujung hifa (subtending hifa)
yang membulat yang disebut suspensor, kemudian di atas bulbour suspensor
tersebut terbentuk bulatan kecil yang terus-menerus membesar dan akhirnya
terbentuk bulatan kecil yang terus-menerus membesar dan akhirnya terbentuklah
struktur yang dinamakan spora. Karena spora tersebut terbentuk dari suspensor
maka dinamakan azygospora (Anonimb, 2014).
2.3.3. Acaulospora
Spora terbentuk di tanah, memiliki bentuk globose, subglobose, ellipsoid
maupun fusiformis. Pada awalnya proses dari pembentukkan spora seolah-olah
dimulai dari hifa, namun sebenarnya bukanlah dari hifa. Pada awalnya terjadi
pembengkakkan ujung hifa yang strukturnya mirip spora yang dibuat hifa
terminus. Kemudian muncul bulatan kecil yang terbentuk diantara hifa terminus
dan subtending hifa, selama proses pembentukkan spora, hifa terminus tersebut
akan rusak dan di dalamnya terdapat spora. Pada spora yang telah masak terdapat
satu lubang yang dinamakan ciatric (Anonimb, 2014).
0 komentar:
Posting Komentar