KOMPOS - UNHAS

KOMUNITAS MAHASISWA PERTANIAN ORGANIK DAN SAINS

Dalam Segala Hal yang Kita Lakukan Awali Semua dengan DOA

Dalam Segala Hal yang Kita Lakukan Awali Semua dengan DOA
saya

Sabtu, 15 Maret 2014

Pemanfaatan Bioteknologi Pertanian Berwawasan Pertanian



IRONI NEGARA AGARARIS DAN PELUANG PEMANFAATAN BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG PERTANIAN YANG TANGGUH DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN 

1. Bioteknologi Menawarkan Pemecahan Masalah Pertanian
            Karl Ereky, seorang insinyur Hongaria pada tahun 1917 pertama kali memperkenalkan istilah bioteknologi, yang berasal dari dua kata, yaitu ‘bio’ yang berarti mahkluk hidup dan ‘teknologi’ yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari panduan kata tersebut bioteknologi didefenisikan sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/ atau molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa (European Federation of Biotechnology 1989). Bahkan bagi para idustriawan dan pebisnis di negara maju, bioteknologi sering didefenisikan sebagai “Making a lot of bucks from bugs” yang dapat diartikan mengusahakan sesuatu yang sebelumnya tidak berharga menjadi produk bernilai tinggi.
            Sejak ribuan tahun , nenek moyang telah memanfaatkan mikroba untuk membuat produk-produk berguna seperti tempe, tape, kecap, dsbnya. Mikroba juga telah dimanfaatkan secara intensif untuk membersihkan dan mendekomposisi limbah dan kotoran. Dalam bidang medis, vaksin-vaksin tertentu dibuat dari virus atau bakteri yang telah dilemahkan. Bioteknologi memiliki gradien perkembangan teknologi, yang dimulai dari penerapan bioteknologi tradisional yang telah lama dan secara luas dimanfaatkan, hingga teknik-teknik baru yang terus menerus berevolusi.
            Bioteknologi dapat berupa teknik yang sederhana seperti fermentasi tempe atau memerlukan teknik-teknik yang rumit dengan biaya besar seperti rekayasa genetik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merakit produk bioteknologi untuk diaplikasikan di pedesaan adalah serumit apapun proses perakitannya hasil akhir dari proses tersebut harus sederhana mungkin (user friendly). Bagi petani hal terpenting adalah bahwa aplikasi bioteknologi dapat menciptakan efisiensi dan peningkatan keuntungan usaha taninya.

2.      Penerapan Bioteknologi Dibidang Pertanian
            Padi yang berjejer rapi disawah bukan merupakan suatu kebetulan terjadi, tetapi merupakan hasil kerja keras nenek moyang kita dari generasi ke generasi. Selam berabad-abad manusia telah menyilangkan dan menyeleksi dari tanaman gelur liar hingga diperoleh galur padi seperti yang ada saat ini. Dalam pekerjaan tersebut sesungguhnya manusia telah melakuikan transaksi gen dari berbagai macam kerabat liar menjadi tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti produksinya tinggi, masa panen singkat, pulen, tahan hama atau penyakit dan lain-lain.
            Transaksi gen dengan cara konvensional membutuhkan waktu yang relatif lama dengan hasil yang sulit diprediksi. Bioteknologi menawarkan cara alternatif baru dalam transaksi gen dalam waktu yang relatif singkat dengan hasil yang lebih dapat diprediksi. Metode konvensional transaksi gen dilakukan pada taraf organisme, sedangkan bioteknologi melakukan transkasi gen pada taraf sel atau molekuler. Bahkan bioteknologi mampu menembus batasan taksonomi yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan dengan cara konvensional (Goenadi dan Isroi, 2005).
            Peningkatan kualitas bahan tanam melalui bioteknologi berdaasarkan pada empat kategori peningkatan: peningkatan kualitas pangan, resistensi terhadap hama atau penyakit, toleransi terhadap stress lingkungan dan manajemen budidaya. Dr.Ingo Potrykus dkk telah berhasil memasukkan dan mengekspresikan dua gen penting dalam pembentukan provitamin A di dalam endosperma padi. Padi yang dihasilkan berwarna kuning karena mengandung β-karoten dan dikenal dengan “Golden Rice”. Rekayasa genetika ini dapat membantu mengurangi gangguan kebutaan dan gangguan kesehatan lainnya akibat defesiensi vitamin A yang banyak terjadi di negara-negara miskin dan sedang berkembang (Ye et. Al., 2000).
            Penggunaan pestisisda oleh petani di pedesaan sudah sangat berlebihan. Residu pestisida yang tertinggal tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga berbahaya bagi manusia yang memakannya. Ekspor komoditi hortikultura kita seringkali terkendala tingginya residu pestisida. Perakitan tanaman yang resisten terhadap hama tertentu dapat mengurangi secra signifikan penggunaan pestisida dan biaya perawatan (Carpenter dan Gianesis, 2001). Beberapa contoh tanaman  transgenik yang resisten terhadap hama adalah jagung Bt dan kapas Bt, yaitu tanaman yang telah memiliki gen Cry IA yang mematikan jenis hama kelompok lepidoptera tertentu (Suwanto, 2000).
3.      Aplikasi Bioteknologi Dapat Menjaga Keseimbangan Alam
            Mikroorganisme sesungguhnya adalah pabrik zat kimia. Jika mikroba dapat mengubah suatu bahan mentah murah menjadi suatu produk yang lebih berharga dan bermanfaat maka ada kemungkinan untuk diproduksi dalam skala industri. Mikroba berfungsi merombak dan mendegradasi bahan mentah menjadi bahan yang tersedia bagi tumbuhan, hewan dan manusia. Rizofer merupakan daerah paling dinamis di dunia, dimana dalam 1 gram tanah akan ditemukan berbagai ragam mikroba seperti kelompok bakteri 1.2 x 109, aktinomycetes 4 x 107, jamur 1.2 x 106, protozoa 24 x 102, alga 5 x103. Berbagai mikroba yang diisolasi dari tanah dan bahan organik telah banyak dimanfaatkan untuk pengendali hama dan penyakit tanaman seperti Beauveria bassiana dan Bacillus thuringensis untuk mengendalikan serangan hama, Trichoderma spp, Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis telah lama dikenal dapat mengendalikan berbagai penyakit tular tanah seperti layu bakteri (Ralstonia soanacearum), layu fusarium, busuk kaki (Phytothora spp) pada banyak tanaman (Baharuddin dkk, 2003, 2004).
            Di alam, cacing tanah dapat memberi inspirasi bagi kita. Tubuhnya yang menjijikan sesungguhnya adalah pekerja tak kenal lelah penjaga kehidupan. Ia memberi pelajaran berharga, kerendahan hati. Tempatnya dibawah, diinjak-injak, tetapi dari perut bumi dia terus bekerja membuat aerasi, merombak bahan organik menyeimbangkan kehidupan. Ia hidup ditanah, sekaligus memberi gizi kepada tanah dan mahkluk lainnya. Hilangnya cacing tanah pertanda buruknya kesehatan tanah, akibat karena pupuk dan pestisida kimia.
            Salah satu penyebab menurunnya kualitas lahan pertanian di negara kita adalah banyaknya residu bahan kimia sintetik. Salah satu teknologi alternatif untuk tujuan tersebut adalah melalui bioremediasi. Bioremediasi didefenisikan sebagai proses penguraian limbah organik / anorganik polutan secara biologi dalam kondisi terkendali. Tumpahan minyak dari kapal tenker di laut lepas, dapat ditangani dengan pelepasan bakteri pengurai hidrokarbon (Kelompok Pseudomonas). Penguraian senyawa kontaminan ini umumnya melibatkan mikroorganisme. Pendekatan umum yang dilakukan untuk meningkatkan biodegradasi adalah dengan cara: (i) menggunakan mikroba indigenous, (ii) biostimulasi, (iii) bioaugmentasi (Sulia, 2003).
            Kumuh dan joroknya pasar di negara kita, karena limbah tidak tertangani dengan baik, padahal limbah tersebut dapat tersebut dapat menjadi sumber pendapatan begi masyarakat. Setiap hari Jakarta dipenuhi limbah 3000 ton seangkan Makassar memproduksi limbah 400 ton/hari (Kompas, 2010). Menurut FAO (2006) gas metan yang berasal dari sawah, kotoran ternak dan limbah pertanian berkontribusi 37% pada terbentuknya gas rumah kaca sedang gas CO2 yang berasal dari kendaraan, pembakaran dan pabrik berkontribusi hanya 8%. Semua usaha, sekecil apapun termasuk limbah, mengkandangkan ternak, sangat dihargai untuk menghambat laju pemanasan global.
            Upaya untuk mengurangi atau mengendalikan emisi gas metana atau gas rumah kaca lainnya dapat dilakukan dengan menubah ekosistem padi sawah ari sistem tergenang (anaerob) menjadi tidak tergenang (aerob). Dalam suasana aerob, proses reduksi CO2 menjadi metana dapat dihindari. Reduksi CO2 menjadi metana hanya terjadi dalam kondisi anaerob. Intensifikasi padi sawah dengan dengan sistem tergenang (anaerob) selain meningkatkan emisi gas rumah kaca, juga mengakibatkan tidak berfungsinya kekuatan biologis tanah (soil biological power) dan menghambat perkembangan sistem perakaran tanaman padi. Dalam kondisi anaerob, keanekaragaman hayati (biodiversity) tanah sangat terbatas. Biota tanah tidak dapat berkembang dan diperkirakan hanya sekitar 25% perakaran tanaman padi yang berkembang dengan baik. Konsekuensinya, potensi hasil dari berbagai varietas tanaman padi yang diperoleh saat ini (4-5 ton/ha) diperkirakan hasil dari 25% fungsi sistem perakaran saja. Pertanaman dengan sistem aerob (lembab) menghasilkan sistem perakaran paling tidak sekitar 3-4 kali lebih besar bila dibandingkan dengan sistem tergenang. Perkembangan sistem perakaran yang optimal dan didukung oleh keanekaragaman hayati dalam tanah dapat meningkatkan potensi hasil padi menjadi 3-4 kali lipat = 15-20 ton/ha (Pratopo, 2010)
            Limbah pertanian melalui proses bioteknologi dapat diolah menjadi berbagai macam produk. Limbah dapat dijadikan bahan baku sumber biogas, bioetanol, biodiesel, pupuk organik, biopestisida, biofertilizer, makan ternak, briket dan asap cair. Dengan penggunaan limbah jerami padi di Indonesia, 60 juta ton jerami/tahun sesungguhnya dapat mencukupi keutuhan pakan untuk kurang lebih 12,5 juta unit ternak yang berarti dapat menunjang swasembada daging pada tahun 2014. Dengan sektor sapi menghasilkan rata-rata 23,39 kg kotoran. Bila kotoran tersebut dicampur air lalu disimpan dikantong plastik atau tangki yang tertutup rapat maka dalam waktu 2 minggu akan terbentuk gas metan yang dapat menyalakan kompor gas selama 3 jam, cuku untuk memenuhi kebutuhan 1 keluarga. Di India, satu liter urine sapi harganya lebih mahal dari seliter bensin, karean setelah difermentasi dapat dijadikan pupuk cair bahkan soft drink yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit (Harry, 2010). Limbah makassar dengan potensi 400 tonhari jika dijadikan pupuk organik (rendemen 50%) dengan tambahan bioaktivator akan diperoleh 200 ton pupuk organik padat dengan nilai Rp. 400 juta (jika dinilai Rp. 2000/kg). Tidak heran jika seorang pimpinan cabang sebuah bank di Jakarta, mundur dari aktivitasnya dan mendirikan pabrik pupuk organik cair (POC). Dengan modal 24 tandon pada lahan 50 m2, dapat menghasilkan 24.000 liter POC/bulan. Jika harga pupuk cair Rp. 25.000/liter, maka omsetnya Rp. 600 juta/bulan. Secuil contoh kegiatan yang kreatif dan inovatif memanfaatkan potensi alam melalui pendekatan bioteknologi sederhana yang dapat ditiru oleh para sarjana untuk membuka lapagan kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan ikut mendukung lungkungan yang bersih secara berkesinambungan.

 

0 komentar:

Posting Komentar