IRONI NEGARA
AGARARIS DAN PELUANG PEMANFAATAN BIOTEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG PERTANIAN YANG
TANGGUH DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Karl
Ereky, seorang insinyur Hongaria pada tahun 1917 pertama kali memperkenalkan
istilah bioteknologi, yang berasal dari dua kata, yaitu ‘bio’ yang berarti
mahkluk hidup dan ‘teknologi’ yang berarti cara untuk memproduksi barang atau
jasa. Dari panduan kata tersebut bioteknologi didefenisikan sebagai perpaduan
dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan
aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/ atau molekuler
untuk menghasilkan produk dan jasa (European Federation of Biotechnology 1989).
Bahkan bagi para idustriawan dan pebisnis di negara maju, bioteknologi sering
didefenisikan sebagai “Making a lot of bucks from bugs” yang dapat diartikan
mengusahakan sesuatu yang sebelumnya tidak berharga menjadi produk bernilai tinggi.
Sejak
ribuan tahun , nenek moyang telah memanfaatkan mikroba untuk membuat
produk-produk berguna seperti tempe, tape, kecap, dsbnya. Mikroba juga telah
dimanfaatkan secara intensif untuk membersihkan dan mendekomposisi limbah dan
kotoran. Dalam bidang medis, vaksin-vaksin tertentu dibuat dari virus atau
bakteri yang telah dilemahkan. Bioteknologi memiliki gradien perkembangan
teknologi, yang dimulai dari penerapan bioteknologi tradisional yang telah lama
dan secara luas dimanfaatkan, hingga teknik-teknik baru yang terus menerus
berevolusi.
Bioteknologi
dapat berupa teknik yang sederhana seperti fermentasi tempe atau memerlukan
teknik-teknik yang rumit dengan biaya besar seperti rekayasa genetik. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam merakit produk bioteknologi untuk
diaplikasikan di pedesaan adalah serumit apapun proses perakitannya hasil akhir
dari proses tersebut harus sederhana mungkin (user friendly). Bagi petani hal
terpenting adalah bahwa aplikasi bioteknologi dapat menciptakan efisiensi dan
peningkatan keuntungan usaha taninya.
2.
Penerapan
Bioteknologi Dibidang Pertanian
Padi
yang berjejer rapi disawah bukan merupakan suatu kebetulan terjadi, tetapi
merupakan hasil kerja keras nenek moyang kita dari generasi ke generasi. Selam
berabad-abad manusia telah menyilangkan dan menyeleksi dari tanaman gelur liar
hingga diperoleh galur padi seperti yang ada saat ini. Dalam pekerjaan tersebut
sesungguhnya manusia telah melakuikan transaksi gen dari berbagai macam kerabat
liar menjadi tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti produksinya
tinggi, masa panen singkat, pulen, tahan hama atau penyakit dan lain-lain.
Transaksi
gen dengan cara konvensional membutuhkan waktu yang relatif lama dengan hasil
yang sulit diprediksi. Bioteknologi menawarkan cara alternatif baru dalam
transaksi gen dalam waktu yang relatif singkat dengan hasil yang lebih dapat
diprediksi. Metode konvensional transaksi gen dilakukan pada taraf organisme,
sedangkan bioteknologi melakukan transkasi gen pada taraf sel atau molekuler.
Bahkan bioteknologi mampu menembus batasan taksonomi yang sebelumnya tidak
mungkin dilakukan dengan cara konvensional (Goenadi dan Isroi, 2005).
Peningkatan
kualitas bahan tanam melalui bioteknologi berdaasarkan pada empat kategori
peningkatan: peningkatan kualitas pangan, resistensi terhadap hama atau
penyakit, toleransi terhadap stress lingkungan dan manajemen budidaya. Dr.Ingo
Potrykus dkk telah berhasil memasukkan dan mengekspresikan dua gen penting
dalam pembentukan provitamin A di dalam endosperma padi. Padi yang dihasilkan
berwarna kuning karena mengandung β-karoten dan dikenal dengan “Golden Rice”.
Rekayasa genetika ini dapat membantu mengurangi gangguan kebutaan dan gangguan
kesehatan lainnya akibat defesiensi vitamin A yang banyak terjadi di
negara-negara miskin dan sedang berkembang (Ye et. Al., 2000).
Penggunaan
pestisisda oleh petani di pedesaan sudah sangat berlebihan. Residu pestisida
yang tertinggal tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga berbahaya bagi manusia
yang memakannya. Ekspor komoditi hortikultura kita seringkali terkendala
tingginya residu pestisida. Perakitan tanaman yang resisten terhadap hama
tertentu dapat mengurangi secra signifikan penggunaan pestisida dan biaya
perawatan (Carpenter dan Gianesis, 2001). Beberapa contoh tanaman transgenik yang resisten terhadap hama adalah
jagung Bt dan kapas Bt, yaitu tanaman yang telah memiliki gen Cry IA yang
mematikan jenis hama kelompok lepidoptera tertentu (Suwanto, 2000).
3.
Aplikasi
Bioteknologi Dapat Menjaga Keseimbangan Alam
Mikroorganisme
sesungguhnya adalah pabrik zat kimia. Jika mikroba dapat mengubah suatu bahan
mentah murah menjadi suatu produk yang lebih berharga dan bermanfaat maka ada
kemungkinan untuk diproduksi dalam skala industri. Mikroba berfungsi merombak
dan mendegradasi bahan mentah menjadi bahan yang tersedia bagi tumbuhan, hewan
dan manusia. Rizofer merupakan daerah paling dinamis di dunia, dimana dalam 1
gram tanah akan ditemukan berbagai ragam mikroba seperti kelompok bakteri 1.2 x
109, aktinomycetes 4 x 107, jamur 1.2 x 106, protozoa 24 x 102, alga 5 x103.
Berbagai mikroba yang diisolasi dari tanah dan bahan organik telah banyak
dimanfaatkan untuk pengendali hama dan penyakit tanaman seperti Beauveria
bassiana dan Bacillus thuringensis untuk mengendalikan serangan hama,
Trichoderma spp, Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis telah lama
dikenal dapat mengendalikan berbagai penyakit tular tanah seperti layu bakteri
(Ralstonia soanacearum), layu fusarium, busuk kaki (Phytothora spp) pada banyak
tanaman (Baharuddin dkk, 2003, 2004).
Di
alam, cacing tanah dapat memberi inspirasi bagi kita. Tubuhnya yang menjijikan
sesungguhnya adalah pekerja tak kenal lelah penjaga kehidupan. Ia memberi
pelajaran berharga, kerendahan hati. Tempatnya dibawah, diinjak-injak, tetapi
dari perut bumi dia terus bekerja membuat aerasi, merombak bahan organik
menyeimbangkan kehidupan. Ia hidup ditanah, sekaligus memberi gizi kepada tanah
dan mahkluk lainnya. Hilangnya cacing tanah pertanda buruknya kesehatan tanah,
akibat karena pupuk dan pestisida kimia.
Salah
satu penyebab menurunnya kualitas lahan pertanian di negara kita adalah
banyaknya residu bahan kimia sintetik. Salah satu teknologi alternatif untuk
tujuan tersebut adalah melalui bioremediasi. Bioremediasi didefenisikan sebagai
proses penguraian limbah organik / anorganik polutan secara biologi dalam
kondisi terkendali. Tumpahan minyak dari kapal tenker di laut lepas, dapat
ditangani dengan pelepasan bakteri pengurai hidrokarbon (Kelompok Pseudomonas).
Penguraian senyawa kontaminan ini umumnya melibatkan mikroorganisme. Pendekatan
umum yang dilakukan untuk meningkatkan biodegradasi adalah dengan cara: (i)
menggunakan mikroba indigenous, (ii) biostimulasi, (iii) bioaugmentasi (Sulia,
2003).
Kumuh
dan joroknya pasar di negara kita, karena limbah tidak tertangani dengan baik,
padahal limbah tersebut dapat tersebut dapat menjadi sumber pendapatan begi
masyarakat. Setiap hari Jakarta dipenuhi limbah 3000 ton seangkan Makassar
memproduksi limbah 400 ton/hari (Kompas, 2010). Menurut FAO (2006) gas metan
yang berasal dari sawah, kotoran ternak dan limbah pertanian berkontribusi 37%
pada terbentuknya gas rumah kaca sedang gas CO2 yang berasal dari
kendaraan, pembakaran dan pabrik berkontribusi hanya 8%. Semua usaha, sekecil
apapun termasuk limbah, mengkandangkan ternak, sangat dihargai untuk menghambat
laju pemanasan global.
Upaya
untuk mengurangi atau mengendalikan emisi gas metana atau gas rumah kaca
lainnya dapat dilakukan dengan menubah ekosistem padi sawah ari sistem
tergenang (anaerob) menjadi tidak tergenang (aerob). Dalam suasana aerob,
proses reduksi CO2 menjadi metana dapat dihindari. Reduksi CO2 menjadi
metana hanya terjadi dalam kondisi anaerob. Intensifikasi padi sawah dengan
dengan sistem tergenang (anaerob) selain meningkatkan emisi gas rumah kaca,
juga mengakibatkan tidak berfungsinya kekuatan biologis tanah (soil biological
power) dan menghambat perkembangan sistem perakaran tanaman padi. Dalam kondisi
anaerob, keanekaragaman hayati (biodiversity) tanah sangat terbatas. Biota
tanah tidak dapat berkembang dan diperkirakan hanya sekitar 25% perakaran
tanaman padi yang berkembang dengan baik. Konsekuensinya, potensi hasil dari
berbagai varietas tanaman padi yang diperoleh saat ini (4-5 ton/ha)
diperkirakan hasil dari 25% fungsi sistem perakaran saja. Pertanaman dengan
sistem aerob (lembab) menghasilkan sistem perakaran paling tidak sekitar 3-4
kali lebih besar bila dibandingkan dengan sistem tergenang. Perkembangan sistem
perakaran yang optimal dan didukung oleh keanekaragaman hayati dalam tanah
dapat meningkatkan potensi hasil padi menjadi 3-4 kali lipat = 15-20 ton/ha
(Pratopo, 2010)
Limbah
pertanian melalui proses bioteknologi dapat diolah menjadi berbagai macam
produk. Limbah dapat dijadikan bahan baku sumber biogas, bioetanol, biodiesel,
pupuk organik, biopestisida, biofertilizer, makan ternak, briket dan asap cair.
Dengan penggunaan limbah jerami padi di Indonesia, 60 juta ton jerami/tahun
sesungguhnya dapat mencukupi keutuhan pakan untuk kurang lebih 12,5 juta unit
ternak yang berarti dapat menunjang swasembada daging pada tahun 2014. Dengan
sektor sapi menghasilkan rata-rata 23,39 kg kotoran. Bila kotoran tersebut
dicampur air lalu disimpan dikantong plastik atau tangki yang tertutup rapat
maka dalam waktu 2 minggu akan terbentuk gas metan yang dapat menyalakan kompor
gas selama 3 jam, cuku untuk memenuhi kebutuhan 1 keluarga. Di India, satu
liter urine sapi harganya lebih mahal dari seliter bensin, karean setelah
difermentasi dapat dijadikan pupuk cair bahkan soft drink yang dipercaya dapat
menyembuhkan berbagai penyakit (Harry, 2010). Limbah makassar dengan potensi
400 tonhari jika dijadikan pupuk organik (rendemen 50%) dengan tambahan
bioaktivator akan diperoleh 200 ton pupuk organik padat dengan nilai Rp. 400
juta (jika dinilai Rp. 2000/kg). Tidak heran jika seorang pimpinan cabang
sebuah bank di Jakarta, mundur dari aktivitasnya dan mendirikan pabrik pupuk
organik cair (POC). Dengan modal 24 tandon pada lahan 50 m2, dapat
menghasilkan 24.000 liter POC/bulan. Jika harga pupuk cair Rp. 25.000/liter,
maka omsetnya Rp. 600 juta/bulan. Secuil contoh kegiatan yang kreatif dan
inovatif memanfaatkan potensi alam melalui pendekatan bioteknologi sederhana
yang dapat ditiru oleh para sarjana untuk membuka lapagan kerja, mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan ikut mendukung lungkungan yang bersih secara
berkesinambungan.
0 komentar:
Posting Komentar