A.
Permasalahan
Pengembangan Kelapa
Kelapa (Cocos
nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial, budaya,
dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Manfaat tanaman kelapa tidak
saja terletak pada daging buahnya yang dapat diolah menjadi santan, kopra, dan
minyak kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat yang
besar.
Rata-rata produksi
kelapa Indonesia dari perkebunan Rakyat pada periode 2000–2005 adalah sebesar
3.036.759 ton pertahun, sedangkan rata-rata produksi dari hasil prediksi selama
2006–2009 adalah 3.187.695 ton, atau meningkat sekitar 5 persen. Akhir-akhir
ini kebutuhan akan biji kelapa, air kelapa dan arang batok kelapa kembali meningkat,
seiring dengan pertumbuhan penduduk. Diperkirakan pada masa mendatang kebutuhan
akan komoditas ini akan semakin meningkat, mengingat pola hidup masyarakat
Indonesia sulit dilepaskan dari komoditas kelapa dan hasil olahannya. Tanaman
kelapa juga merupakan salah satu dari sebelas komoditas andalan perkebunan
penghasil devisa negara, sumber pendapatan asli daerah (PAD), sumber pendapatan
petani dan masyarakat. Dengan demikian komoditas kelapa diharapkan dapat
membantu mengentaskan kemiskinan di daerah dan dapat mendorong perkembangan
agroindustri serta pengembangan wilayah. Indonesia memiliki potensi yang besar
dalam pengembangan komoditas kelapa.
Namun demikian upaya
pengembangan komoditas kelapa dihadapkan pada berbagai kendala antara lain:
(i)
Produktifitas yang masih rendah (di bawah
normal), karena banyak kelapa berumur di atas 20 tahun, dan budidaya dengan
bibit asalan
(ii)
Rendahnya pendanaan
khususnya untuk perkebunan,
(iii)
Kebijakan pembangunan yang belum mendukung
sektor perkebunan
(iv)
Industri hilir yang
belum berkembang,sehingga sebagian besar produk dijual dalam bentuk produk
primer.
(v)
Kurangnya
kesadaran masyarakat khususnya para petani perkebunan akan prospek pengembangan
kelapa dan pengolahannya yang dapat dijadikan sebagai usaha tani yang
menjanjikan.
Alasan utama yang membuat kelapa
menjadi komoditi komersial adalah karena semua bagian kelapa dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan. Dari analisis budidaya terlihat bahwa investasi yang
besar dan dapat menguntungkan hanya dalam waktu kurang dari 6 tahun, belum
termasuk keuntungan lain yang didapat selain dari buah. Oleh karena itu,
budidaya tanaman kelapa merupakan salah satu alternatif yang sangat
menguntungkan.
Produktivitas
tanaman dan nilai tukar produk primer yang dihasilkan seperti kopra dan minyak yang
cenderung menurun menjadi salah satu penyebabnya. Pengelolaan usahatani pun
masih bersifat tradisional akibat keterbatasan wawasan petani. Keterlibatan
secara langsung dari pemerintah, kalangan industri, dan masyarakat konsumen di
lapangan pun masih sangat kurang dan berjalan sendiri-sendiri.
Untuk
dapat menjadikan usahatani kelapa menjadi sumber pendapatan utama petani, perlu
diubah sistem usahatani tradisional dan industri primer parsial menjadi suatu
sistem dan usaha agribisnis berbasis kelapa yang berdaya saing, berkelanjutan,
berkerakyatan dan terdesentralisasi.
Bukan
tidak mungkin apabila usahatani kelapa dikelola secara profesional akan dapat
memberikan kontribusi yang tak kecil untuk negara ini. Hal ini memungkinkan
karena hasil penelitian menungkapkan bahwa kandungan asam laurat dalam minyak
kelapa memiliki manfaat kesehatan. Dan akhir-akhir ini perdagangan minyak
kelapa murni (virgin coconut oil, VCO) makin meluas di antero dunia.
Walau belum didukung uji klinis, banyak pihak meyakini VCO sebagai obat
berbagai macam penyakit dan harganya pun cukup mahal.
Saat
ini kelapa sangat berperan dalam perekonomian sebagai penyedia lapangan tenaga
kerja, bahan baku industri dalam negri dan konsumsi langsung. Meskipun
demikian, kebanyakn usahatani kelapa tidak terkait langsung dengan industri
pengolahan, industri hilir, serta industri jasa dan keuangan. Akibatnya
agribisnis kelapa tidak berhasil mendistribusikan nilai tambah, secara optimal
dan proporsional, sehingga tidak signifikan pengaruhnya terhadap penambahan
pendapatan petani kelapa. Pengelolaan
usahatani kelapa masih bersifat tradisional dan terbatasnya modal, maupun
kualitas produk yang dihasilkan masih rendah. Sampai saat ini belum banyak
berubah sehingga komoditas kelapa yang mempunyai multiguna relatif tidak ada
nilai tambahnya. Pangsa pasar ekspor sangat terbuka untuk semua produk kelapa,
khususnya produk ikutan seperti bungkil, arang tempurung, sabut kelapa dan desicated
coconut.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas yang berdampak kepada
peningkatan pendapatan petani adalah dengan pengelolaan input usahatani seperti
tenaga kerja, pendapatan, pendidikan, luas lahan dan keikutsertaan dalam
kelompok tani secara optimal dan efektif. Usahatani berbasis organisasi dan
kelompok dalam bentuk komunitas yang aktif dan mandiri akan meningkatkan posisi
tawar menawar petani. Petani makin kuat dalam
menentukan harga produk berupa butiran maupun kopra. Bentuk basis organisasi
perkelapaan Indonesia mempunyai ciri yaitu : orientasi output, orientasi
bisnis, dan orientasi pengembangan wilayah.
Strategi pengembangan sistem agribisnis kelapa adalah suatu proses fungsi
produksi yang akan menghasilkan produktivitas kelapa secara optimal dan
efisien, maka straytergi tersebut merupakan keterpaduan dan keberlanjutan
kerjasama masing- masing subsistem agribisnis. Pada dasarnya seluruh bagian buah kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk untuk
berbagai keperluan. Teknologi pengolahan, standar mutu, dan sistem
sertifikasinya juga sudah dikuasai oleh tenaga ahli Indonesia. Namun, berbagai
kelemahan masih melekat di Industri pengolahan kelapa kita seperti suplai bahan
baku, karena industri tidak memiliki kebun kelpa dan investasi yang relatif
besar sehingga kurang menarik investor.
Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi
tinggi sangat besar. Alternatif Produk yang dapat dikembangkan antara lain Virgin
Coconut Oil (VCO), Oleochemical (OC), Desicated Coconut (DC), Coconut Milk/
Cream (CM/ CC), Coconut Charcoal, Activated Carbon (AC), Brown Sugar (BS),
Coconut Fiber (CF), dan Cocon Wood (CW), yang diusahakan secara parsial
maupun terpadu. Pelaku agribisnis produk- produk tersebut mampu meningkatkan
pendapoatnnya 5-10 kali dibandingkan dengan bila hanya menjual produk kopra.
Daun muda dipergunakan sebagai pembungkus ketupat dan sebagai bahan baku
obat tradisional, sedanhkan daun tua dapat dianyam dan dipergunakan sebagia
atap, kemudian lidinya sebagia bahan pembuat sapu lidi. Batang kelapa dapat
digunakan sebagai bahan baku perabotan/ furniture atau bahan bangunan dan
jembatan darurat. Akar kelap dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bir
atau bahan baku pembuatan zat warna.
Buah kelapa terdiri dari sabut, tempurung, daging buah dan air kelapa. Buah
kelapa yang telah masak kira-kira 2 kg per butir. Buah kelapa dapat digunakan hampir pada seluruh bagiannya. Airnya untuk minuman segar atau dapat
diproses lebih lanjut menjadi nata de coco, atau kecap. Sabut untuk bahan baku tali, anyaman keset, matras, jok kendaran. Dari
sabut tersebut akan diperoleh serat matras 18% , serat berbulu 12% dan sekam/
dedak atau gabus 70%. Serat matras digunakan untuk bahan pengisi jok, penyaring
dan matras. Serat berbulu digunakan untuk sikat pembersih, sapu dan keset
sedang sekam/ gabus digunakan untuk media tanaman atau pupuk Kalium.
Tempurungnya secara tradisional dibuat sebagai gayung air, mangkuk, atau
diolah lebih lanjut nenjadi bahan baku obat nyamuk bakar, arang, briket arang,
dan karbon aktif. Daging buahnya dapat langsung dikonsumsi atau sebagai bahan
bumbu berbagai masakan atau diproses menjadi santan kelpa, kelapa parutan
kering (desicated coconut) serta minyak goreng. Daging buah dapat pula diproses
menjadi kopra. Kopra bila dipro ses lebih lanjut dapat menghasilkan minyak
goreng, sabun, lilin, es krim atau diproses lebih lanjut sebagai bahan baku
produk oleokimia seperti asam lemak (fatty acid) , fatty alcohol, dan gliserin.
Hasil samping ampas kelapa atau bungkil kelapa merupakan salah satu bahan baku
pakan ternak.
Cairan nira kelapa dapat diproses menjadi gula kelpa . Ketandan buah yang
baru tumbuh sampai posisi tegak diambil cairannya dan menghasilkan nira. Nira
ini dapat diproduksi sebagai minuman dan gula kelapa. Setiap pohon kelapa
terdapat 2 buah ketandan bunga, bisa diambil niranya sampai 35 hari dan
selanjutnya akan muncul ketandan bunga baru lagi.
0 komentar:
Posting Komentar