Azotobacter
dan Pertumbuhan Tanaman
Perbaikan produktivitas dan mutu produksi tanaman
kakao sudah saatnya darahkan pada pengembangan perkebunan kakao berwawasan
lingkungan yang didasarkan pada peningkatan efisiensi pemupukan, berkelanjutan
produktivitas tanah dan peningkatan pendapatan petani. Teknik budidaya kakao
dengan menggunakan pupuk kimia yang berlebihan dan terus-menerus perlu ditinjau
kembali, khususnya untuk mengatasi kehilangan N dan kejenuhan terhadap pupuk P,
karena selain tidak efisien juga mengakibatkan dampak ngatif terhadap lingkungan. Pemeliharaan kesehatan dan
kesuburan tanaman dengan memperhatikan aspek kesuburan dan kesehatan tanah
merupakan hal yang paling penting dalam system produksi tanaman (Hindersah dan
Simarmata, 2004)
Salah satu kelompok organisme yang penting dalam ekosistem tanah dan berperan sebagai agen peningkat
pertumbuhan tanaman adalah rizobakteri yaitu bakteri hidup di rizofir tanaman
dan megalami interaksi yang intensif dengan akar tanaman maupun tanah. Kesehatan
biologis suatu tanah akan banyak ditentukan oleh dominasi rizobakteri ini atas
mikroorganisme patogen sehingga tanaman mendapatkan manfaat yang optimal dari
keberadaan rizobakteri non patogen (Hindersah dan Simarmata, 2004).
Azotobacter
adalah rizobakteri yang telah dikenal sebagai agen biologis pemfiksasi
dinitrogen, diazotrof, yang mengkonversi dinitrogen keamonium melalui reduksi
elektron dan protonasi gas dinitrogen. Ada berbagai jenis Azotobacter dengan berbagai karakter kimia dan biologi, tetapi beberapa
strain mempunyai kemampuan memperbaiki nitrogen lebih tinggi dari pada yang
lain (Burgmann, Pesaro, Widmer, and Zeyer, 2003 dalam Selpiana , 2012).
Faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi penambatan nitrogen antara lain suhu, kelembaban
tanah, pH tanah, sumber karbon, cahaya dan penambahan nitrogen. Disamping itu
jumlah bakteri penambat nitrogen pada perakaran, potensial redoks, dan
konsentrasi oksigen juga dapat mempengaruhi aktifitas penambatan nitrogen.
Inokulasi azotobacter efektif dalam meningkatkan hasil panen tanaman budidaya
pada tanah yang dipupuk dengan bahan organik yang cukup. Bakteri yang
mengandung sel-sel azotobacter yang
diberi nama Azotobacterin yang
diproduksi dan digunakan di Rusia dan negara-negara Eropa Timur terbukti
menguntungkan dalam meningkatkan hasil panen tanaman budidaya seperti gandum,
barley, jagung, gula bit, wortel, kubis, dan kentang sebesar 12% dibandingkan
dengan tanaman kontrol. Respon ini diduga disebabkan oleh faktor tumbuh yang
dihasilkan oleh Azotobacter (Trolldenier, 1997).
Sampai
saat ini, inokulan Azotobacter diperbanyak
di dalam kultur cair bebas N yang diaplikasikan dengan cara menyiramkan ke
daerah perakaran tanaman. Inokulan cair ini memiliki kelebihan yaitu selama
inkubasi untuk memperbanyak sel bakteri, kondisi media yang bebas nitrogen
mendorong ekskresi N tersedia hasil fiksasi oleh bakteri ke dalam media dan
menginduksi pembentukan fitohormon oleh bakteri. N tersedia dan fitohormon ini,
disamping sel bakteri, merupakan komponen penting untuk mempertahankan fungsi
tanah sebagai media pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini meskipun Azotobacter menghasilkan fitohormon,
diduga tidak terdapat ketidakseimbangan hormonal di media tumbuh yang
diperlihatkan dengan pertumbuhan akar yang normal. (Hindersah dan Simarmata,
2004).
Secara
alami, akar berperan sebagai saluran untuk mensuplai unsur hara dan air dari
tanah ke tanaman dan lokasi sintesis dan pertukaran sejumlah hormon tanaman.
Dengan demikian pertumbuhan akar yang normal menjamin perkembangan tajuk.
Inokulasi rizobakteri Azotobacter pemifiksasi
N dan penghasil fitohormon merupakan salah satu input yang dapat memenuhi
kebutuhan bibit tersebut. Nitrogen adalah salah satu unsur hara utama yang
sangat penting dalam proses biokimia di tanaman. Di dalam tanah, sumber
nitrogen adalah bahan organik, pupuk kandang, sisa tanaman yang terdekomposisi,
fiksasi nitrogen biologis, air irigasi dan pupuk anorganik. Kekurangan nitrogen
pada pembibitan seringkali membatasi pertumbuhan dan kualitas bibit. Dengan
demikian kemampuan Azotobacter dalam
memproduksi hormon sitokinin dan giberelin sangan menguntukngkan mengingat
kedua fitohormon tersebut berperan dalam perkembangan dan pembelahan sel
(Hindersah dan Simarmata, 2004).
0 komentar:
Posting Komentar