KOMPOS - UNHAS

KOMUNITAS MAHASISWA PERTANIAN ORGANIK DAN SAINS

Dalam Segala Hal yang Kita Lakukan Awali Semua dengan DOA

Dalam Segala Hal yang Kita Lakukan Awali Semua dengan DOA
saya

Sabtu, 12 April 2014

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN / LAND SUITABILITY EVALUATION



Evaluasi kesesuaian lahan dapat didefinisikan sebagai suatu proses penilaian potensi atau kelas kesesuaian suatu lahan untuk tujuan penggunaan lahan tertentu. Cara menentukan kelas kesuaian suatu lahan adalah dengan membandingkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh tipe penggunaan lahan yang kemudian diterapkan sesuai dengan karakteristik lahan yang akan digunakan. Dengan demikian maka dapat diketahui tingkat/kelas kesesuaian lahan tersebut dengan tipe/jenis penggunaannya. Evaluasi kesesuaian lahan sangat penting peranannya dalam konteks sumberdaya lahan, selain dapat mengoptimalkan pemanfaatan lahan juga dapat menekan terjadinya kerusakan lahan dan lingkungan.
Untuk tujuan evaluasi lahan untuk tanaman pangan saat ini dikembangkan sistim evaluasi lahan yang disesuaikan dengan tujuan evaluasi dengan mempertimbangkan kriteria persyaratan tumbuh tanaman pangan serta kualitas/karakteristik lahan pada setiap blok lahan atau satuan peta lainnya. Evaluasi lahan yang disusun diharapkan dapat yang digunakan sebagai dasar dalam usaha pengembangan dan peningkatan produktivitas tanaman pangan  di suatu lokasi, land system, unit lahan, wilayah.
Evaluasi lahan untuk komoditas pertanian dan pertanian adalah penilaian potensi atau kelas kesesuaian suatu lahan untuk komoditas pertanian dan perkebunan tertentu. Oleh karena itu perlunya dilakukan evaluasi lahan sebelum menentukan atau memanfaatkannya sebagai lahan pertanian atau perkebunan. Dengan melakukan evaluasi lahan maka dapat meningkatkan nilai ekonomis dalam hal ini produktifitas hasil pertanian atau perkebunan. Karakteristik suatu lahan adalah faktor yang sangat berpengaruh pada evaluasi suatu lahan. Tabel berikut ini disajikan karakteristik lahan untuk evaluasi kesesuaian pada lahan kering menurut FAO (1983) dan Djaenudin et.al. (2003).


LANDASAN TEORI
Metode faktor pembatas
·         setiap sifat lahan/kualitas lahan disusun  mulai dari yang terbaik (pembatas paling rendah) hingga yang terburuk (terbesar penghambatnya)
·         masing-masing kelas, disusun tabel kreteria untuk penggunaan tertentu demikian rupa, shg faktor pembatas terkecil untuk kelas terbaik dan
·         faktor pembatas terbesar jatuh ke kelas terburuk
·         contoh: adalah metode  klasifikasi kemampuan lahan (klingebiel dan montgomery, 1961), evaluasi lahan fao (fao. 1976)
‘Kesesuaian Lahan’ lebih menekankan pada kesesuaian lahan untuk jenis tanaman tertentu. Dengan demikian klasifikasi kemampuan dan kesesuaian lahan akan saling melengkapi dan memberikan informasi yang menyeluruh tentang potensi lahan.
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk pelaksanaan klasifikasi kesesuaian lahan, misalnya metode FAO (1976) yang dikembangkan di Indonesia oleh Puslittanak (1993), metode Plantgro yang digunakan dalam penyusunan Rencana Induk Nasional HTI (Hacket,1991 dan National Masterplan Forest Plantation/NMFP, 1994) dan metode Webb (1984). Masing-masing mempunyai penekanan sendiri dan kriteria yang dipakai juga berlainan. Metoda FAO lebih menekankan pada pemilihan jenis tanaman semusim, sedangkan Plantgro dan Webb lebih pada tanaman keras.
Pada prinsipnya klasifikasi kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara memadukan antara kebutuhan tanaman atau persyaratan tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan. Oleh karena itu klasifikasi ini sering juga disebut species matching. Klas kesesuaian lahan terbagi menjadi empat tingkat, yaitu : sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Sub Klas pada klasifikasi kesesuaian lahan ini juga mencerminkan jenis penghambat. Ada tujuh jenis penghambat yang dikenal, yaitu e (erosi), w (drainase), s (tanah), a (keasaman), g (kelerengan) sd (kedalaman tanah) dan c (iklim). Pada klasifikasi kesesuaian lahan tidak dikenal prioritas penghambat. Dengan demikian seluruh hambatan yang ada pada suatu unit lahan akan disebutkan semuanya. Akan tetapi dapat dimengerti bahwa dari hambatan yang disebutkan ada jenis hambatan yang mudah (seperti a, w, e, g dan sd) atau sebaliknya hambatan yang sulit untuk ditangani (c dan s). Dengan demikian maka hasil akhir dari klasifikasi ditetapkan berdasarkan Klas terjelek dengan memberikan seluruh hambatan yang ada. Perubahan klasifikasi menjadi setingkat lebih baik dimungkinkan terjadi apabila seluruh hambatan yang ada pada unit lahan tersebut dapat diperbaiki. Untuk itu maka unit lahan yang mempunyai faktor penghambat c atau s sulit untuk diperbaiki keadaannya.
Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan melalui sortasi data karakteristik lahan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk setiap jenis tanaman. Contoh beberapa kriteria pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Lampiran 4. Kriteria tersebut dapat diperoleh dari FAO (1983 dan 1993), Webb (1984) dan Plantgro (1991).

KAIDAH KLASIFIKASI KESESUAIN LAHAN

Kaidah klasifikasi kesesuaian lahan adalah aturan yang harus diikuti  dalam evaluasi. Aturan tersebut disusun dan ditetapkan  menjadi suatu sistim evaluasi lahan. Sistim yang ditetapkan merupakan kesepakatan tentang kaidah yang akan dipakai dalam evaluasi lahan. Kaidah-kaidah tersebut dapat dirubah, akan tetapi harus didasarkan pada alasan-alasan yang tepat dan disepakati oleh para pakar evaluasi lahan yang dapat berasal dari beberapa disiplin ilmu seperti : perencana pertanian, ahli tanah, ahli agronomi, dan lain-lain.

1.        Klasifikasi Kesesuaian Lahan

            Klasifikasi kesesuaian lahan yang digunakan pada dasarnya mengacu pada metode FAO (1976),  dengan menggunakan 4 kategori yaitu; ordo, kelas, subkelas, dan unit. Selama ini kebanyakan evaluasi kesesuaian lahan dilakukan hanya  sampai tingkat subkelas.
Ordo                   : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk   penggunaan tertentu. Dalam hal ini lahan dibedakan kedalam dua ordo :
Ordo S               : Sesuai digunakan untuk penggunaan tertentu dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
Ordo N               : Tidak sesuai digunakan untuk penggunaan tertentu.
Kelas                  : Menunjukkan tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo.
Ada 3 kelas dari ordo tanah yang sesuai dan 2 kelas untuk ordo tidak sesuai.
               Kelas S1       : Sangat sesuai
               Kelas S2       : Cukup sesuai
               Kelas S3       : Sesuai marginal
               Kelas N1                  : Tidak sesuai saat ini
               Kelas N2                  : Tidak sesuai permanen
Subkelas                : Menunjukkan jenis faktor penghambat pada masing-masing kelas. Dalam satu subkelas dapat mempunyai lebih dari satu faktor penghambat; untuk itu penghambat yang paling dominan dituliskan paling depan.
Contoh                  :  Subkelas S2r : Kelas S2 dengan faktor penghambat kedalaman  tanah efektif  (r)
                                 Sub kelas S2sr : Kelas S2 dengan faktor penghambat utama lereng (s) dan penghambat lain adalah kedalaman tanah efektif ( r ).
Unit                       : Kesesuaian lahan dalam tingkat unit merupakan pembagian lebih lanjut dari Subkelas berdasar atas besarnya faktor penghambat.
Contoh                  : Unit S2s-2  : Subkelas S2s dengan besar faktor penghambat lereng tingkat ke 2 ( lereng 3- 8 % ).

2.      Parameter Yang Dinilai

   Pemilihan jenis dan jumlah parameter yang dinilai ditentukan sesuai dengan tingkat penilaian tanah.  Parameter yang dinilai dalam evaluasi lahan adalah kualitas lahan yang dicerminkan oleh karakteristik lahan yang nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Contoh dan jenis parameter yang umum digunakan dalam evaluasi lahan di sajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Contoh Jenis-jenis Parameter (kualitas lahan dan karakteristik lahan) Yang Dinilai Dalam Evaluasi Lahan
No.
Kualitas Lahan
Karakteristik Lahan
1.
Regim suhu
-      Suhu rata-rata tahunan
2.
Ketersediaan air
-      Curah hujan  rata-rata tahunan
-      Bulan kering ( < 75 mm )
3.
Media perakaran
-      Drainase
-      Tekstur
-      Kedalaman tanah efektif
4.
Retensi hara
-      KTK
-      pH
-C-organik
5.
Ketersediaan hara
-      N-total
-      P2O5 tersedia
-      K2O tersedia
6.
Bahaya Banjir
-      periode
-      frekuensi
7.
Kegaraman
-      daya hantar listrik ( DHL )
8.
Kondisi medan
-      Kemiringan lahan
-      Batu di permukaan lahan
-      Singkapan batuan

               Kualitas lahan adalah kumpulan berbagai sifat-sifat lahan yang berpengaruh terhadap kesesuaian lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Karakteristik lahan adalah suatu sifat (attribute) lahan yang dapat diukur atau diduga.
               Dalam penyusunan pengharkatan persyaratan tumbuh dan pengelolaan tanaman perlu diperhatikan azas kelestarian dan kesinambungan pertumbuhan/produksi tanaman dan lingkungannya. Untuk itu perlu diperhatikan 3 faktor utama, yaitu : persyaratan tumbuh/ekologi, pengelolaan, dan konservasi lahan.

0 komentar:

Posting Komentar