BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kultur
jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture.
Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang
mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai
sifat seperti induknya.Kultur jaringan akan lebih besar presentase
keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu
jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dinding tipis,
plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan orang menggunakan
jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan meristem keadaannya selalu
membelah, sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon yang mengatur pembelahan.
Kultur jaringan merupakan
salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan
teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun,
mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara
aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi
menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah
perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan
media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Metode kultur jaringan
dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang
sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur
jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang
identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga
tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan
jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin,
kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan
konvensional.
Menurut Suryowinoto (1991),
kultur jaringan dalam baha asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel
yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai
sifat seperti induknya.
Kultur jaringan akan lebih besar presentase keberhasilannya bila
menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu
jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dinding tipis, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil.
Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan
meristem keadaannya selalu membelah, sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon
yang mengatur pembelahan.
Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu sel atau
irisan jaringan tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptik diletakkan
dan dipelihara dalam medium pada atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril.
dengan cara demikian sebaian sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami
proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk dipindahkan
kedlam medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk tanaman kecil yang
lengkap dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan ini hanya dari satu
irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi
planlet dalam
jumlah yang besar.
Pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman ini berdasarkan teori sel sperti
yang dikemukakan oleh Schleiden, yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan autonom,
bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi adalah kemampuan setiap
sel, darimana saja sel tersebut diambil, apabila diletakkan dilingkungan
yangsesuai akan tumbuh menjadi tanaman yang sempurna.
Teknik kultur
jaringan akan berhasil dengan baik apabila syarat-syarat yang diperlukan
terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai bahan
dasar untuk pembentukkan kalus, penggunaan medium yang cocok, keadaan yang
aseptik dan pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair. Meskipun
pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi sebaiknya dipilih
bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian meristem, seperti:
daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan sebagainya. Bila
menggunakan embrio bagian bji-biji yang lain sebagai eksplan, yang perlu diperhatikan
adalah kemasakan embrio, waktu imbibisi, temperatur dan dormansi.
1.2.Tujuan dan kegunaan
Adapun tujuan dan
kegunaan praktikum adalah sebagai berikut:
·
Praktikan mengetahui
alat dan bahan yang digunakan dalam kultur jaringan.
·
Praktikan mengetahui
cara penanaman kultur jaringan.
·
Praktikan mengetahui
penyebab penanaman kultur jaringan tidak berhasil.
·
Praktikan mengetahui
cara pencegahan agar penanaman kultur
jaringan berhasil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk
mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak
dalam
waktu yang relatif
singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan
morfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan tanaman
ini
diharapkan juga memperoleh
tanaman baru yang
bersifat unggul. Secara lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas
secara khusus kegunaan dari kultur jaringan terhadap berbagai ilmu pengetahuan
(Gunawan,
1988).
Perbanyakan tanaman secara besar-besaran telah dibuktikan keberhasilannya
pada perkebunan kelapa sawit dan tebu. Dengan car kultur jaringan dapat klon suatu komoditas tanaman dalam
relatif cepat. Manfaat yang dapat diperoleh dari kloning ini cukup banyak,
misalnya: di luar pulau Jawa akan didirikan suatu perkebunan yang membutuhkan
bibit tanaman dalam jumlah ribuan, maka sudah dapat dibayangkan betapa mahalnya
biayanya hanya untuk trasnportasi saja. Hala ini dapat diatasi denga usaha
kloning melalui budaya jaringan, karena hanya perlu membawa beberapa puluh
botol planlet yang berisi ribuan
bibit (Anik Herawati, 1991).
Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan biaya yang cukup banyak dalam
persiapan pemberangkatan ataupun transportasinya. Pada ekspor anggrek,
misalnya, orang luar negeri menghendaki bunga anggrek yang seragam baik bentuk
maupun warnanya. Dalam hal ini dapat dipenuhi juga dengan usaha kloning.
Bibit-bibit tanaman dari usaha mericlono (tanaman
hasil budidaya meristem) akan berharga lebih mahal, karena induknya dipilih
dari tanaman yang mempunyai sifat unggul (Anik Herawati, 1991).
Kultur jaringan tanaman telah dikenal banyak orang
sebagai usaha mendapatkan varietas baru dari suatu jenis tanaman dalam waktu
yang relatif lebih singkat dari pada dengan cara pemuliaan tanaman yang harus
dilakukan penanaman secara berulang-ulang sampai beberapa generasi. Untuk
mendapatkan varietas baru melalui kultur jaringan dapat dilakukan dengan cara
isolasi protoplas dari 2 macam varietas yang difusikan. Atau dengan cara
isolasi khloroplas suatu jenis tanaman yang dimasukkan kedalam protoplas jenis
tanaman yang lain, sehingga terjadi penggabungan sifat-sifat yang baik dari
kedua jenis tanaman tersebut hingga terjadi hibrid somatik (Suryowinoto, 1985).
Cara yang lain adalah dengan menyuntikkan
protoplas dari suatu tanaman ketanaman lain. Contohnya transfer khloroplas dari
tanaman tembakau berwarna hijau ke dalam protoplas tanaman tembakau yang
albino, hasilnya sangat memuaskan karena tanaman tembakau menjadi hijau pula.
Contoh lain adalah keberhasilan mentrasnfer khloroplas dari tanaman jagung ke
dalam protoplas tanaman tebu hasilnya memuaskan (Gunawan,
1988).
Menciptakan varietas baru dapat pula dilakukan
dengan menggunakan bantuan jenis bakteri seperti bakteri penyebab tumor yang
disebut Agrobacterium tumifaciens.
Bakteri ini disuntikkan pada tanaman sehat mempunyai buah ukuran besar, agar
tanaman sehat tersebut menjadi sakit tumor. Bakteri yang berada dalam jaringan
yang menonjol karena terkena tumor tersebut kemudian diambil dan disuntikkan
kedalam tanaman lain yang ukuran buahnya kecil-kecil. Dengan cara ini terbukti
bahwa tidak lama kemudian tanaman tersebut menghasilkan buah yang ukurannya besar. Hal ini
membuktikan bahwa bakteri yang dipindahkan tersebut membawa sifat keturunan
yang ada pada tanaman semula. Sedangkan untuk mendapatkan yang baru yang tahan
terhadap stress garam, pestisida
tertentu, logam berat, suhu rendah atau tinggi dan sebagainya dapat dilakukan
dengan cara-cara khusus (Suryowinoto,
1985).
Menciptakan tanaman baru yang toleran terhadap stress garam pernah dilakukan oleh Handa, yaitu terhadap tanaman tomat dan tembakau. Pada
penelitian ini menggunakan penambahan PEG (Poly Ethilen- Glycol) atau NaCL,
yang biasa dipergunakan untuk mendapatkan kultivar yang toleransi terhadap
garam. Beberapa jenis tanaman ada yang teramcam punah (endangered species), misalnya berbagai jenis tanaman pisang,
tanaman melati, kenanga, kayu jati, dan kayu putih (Suryowinoto, 1985).
Usaha yang paling tepat untuk melestarikan tanaman yang terancam punah
adalah dengan jalan kloning. Dengan usaha kloning ini, populasi dari tanaman
tersebut akan terselamatkan, bahkan dapat bertambah, sekaligus sifat-sifat yang
dimiliki oleh tanaman tersebut tetap terjamin. Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi, karena
dari usaha ini dapat dihasilkan metabolit skunder upaya untuk pembuatan
obat-obatan, yaitu dengan memisahkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kalus ataupun protokormus, misalnya alkoloid, steroid, dan terponoid (Jati, 2007).
Dengan ditemukannya cara mendapatkan metabolit skunderdari kalus suatu
eksplan yang di tumbuhkan dalam medium kultur jaringan, mak berarti dapat
menghemat waktu dan tenaga. Dengan cara biasa, untuk mendapatkannya harus
menunggu lama samapai tanaman cukup umur bahkan sampai berproduksi hingga bertahun-tahun.
Sedangkan dengan teknik kultur jaringan hanya membuthkan waktu antara tiga
minggu sampai satu bulan saja. Metabolit yang dihasilkan dari kalus ternyata
juga memiliki kadar yang lebih tinggi daripada dengan cara biasa (langsung dari
tanaman). Dengan cara pengambilan metabolit skunder dari kalus, biasanya selalu
diperoleh kandungan lain yang lebih banyak jenisnya, karena seringkali timbul
zat-zat alkaloid atau persenyawaan-persenyawaan lainnya yang sangat berguna
untuk pengobatan (Jati, 2007).
Kultur jaringan juga memberikan masukkan atau informasi pengetahuan yang
sangat bermanfaat dibidang fisiologi tanaman. Pada tanaman anggrek misalnya,
telah berhasil diketahui bahwa jika ujung akarnya diiris melintang akan
memperlihatkan warna tertentu. Warna tersebut nantinya akan sama dengan warna
bunganya. Hal ini sangat berguna dalam bidang perdangan bunga hias, sebab
walaupun tanamannya belum berbunga orang sudah dapat mengetahui warna bunga
yang akan muncul (Jati, 2007).
Melalui perbanyakan vegetatif dengan kultur jaringan ternyata juga
berpengaruh terhadap devisa negara. Misalnya, denagn terlaksananya ekspor
tanaman anggrek ke negara lain, maka akan menaikkan devisan negara dibidang
pertanian. Teknik kultur jaringan
sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan oleh para petani, baru beberapa
kalangan pengusaha swasta saja yang sudah mencoba melaksanakannya, karena
pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman memerlukan keterampilan khusus dan
harus diltar belakangi dengan ilmu pengetahuan dasar tentang fisiologi
tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia dan pertanian. Dengan demikian jelas
akan amat sulit untuk diterima oleh kalangan petani biasa. Di samping itu,
pelaksanaan teknik kultur jaringan mutlak memerlukan laboratorium khusus, walaupun dapat di usahakan secara sederhana
(dalam ruang yang terbatas), namun tetap memerlukan peralatan yang memadai.
Kemungkinan lain petani akan merasa enggan bekerja secara aseptik. Karena semua pekerjaan harus dilaksanakan secara
hatri-hati dan cermat serta memerlukan kesabaran yang tinggi (Anik Herawati, 1991).
Biaya untuk mewujudkan perbanyakan
tanaman secara
in vitro ini juga sangat mahal,
kecuali kita meramu medium sendiri. Bila kia terpaksa harus membeli medium yang
sudah jadi (dalam kemasan) jelas akan sangat mahal, sebab medium yang sudah
jadi masih harus di impor dari luar negeri. Apalagi kita harus membeli saran
untuk perlakuan isolasi dan fusi
protoplas, tentu biayanya akan bertambah besar. Enzim-enzim yang digunakan
dalam kultur jaringan juga masih dibeli dari luar negeri sepertti Jepang
(Suryowinoto, 1985).
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 16 Maret 2013 Pukul 10.00 – 12.00 WITA
bertempat di Puslitbang Bioteknologi, Pusat Kegiatan Penelitian ( PKP ), Universitas Hasanuddin,
Makassar.
3.2. Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum
kultur jaringan adalah Laminary Air Flow, cawan petridish, pot try, kertas
koran, spatula, pinset, gunting, bunsen, dan botol kultur.
Bahan
yang digunakan pada praktikum ini adalah eksplan, alkohol, air steril, dan
media biakan.
3.3.
Prosedur Kerja
·
Menyalakankan
lampu light dan blower pada Laminary Air Flow.
·
Menyediakan
media dan tanaman yang sudah di sterilkan.
·
Membasuh
tangan dengan alkohol.
·
Mensterilkan
alat dengan pemanas Bunsen.
·
Memotong
tanaman pada setiap ruas batang , satu persatu.
·
Menanam tanaman
yang sudah dipotong pada media.
·
Menanam tanaman
dengan posisi berdiri tegap.
·
Sebelum dan
sesudah ditutup botol harus dipanaskan dengan pemanas Bunsen.
Ø Catatan : setiap alat yang ingin digunakan
harus melewati pemanas Bunsen.
o Biji, daun, dan batang muda dicuci di air
mengalir selama 15 menit.
o Setelah dicuci di air mengalir selama 15 menit
lalu biji, daun dan batang tersebut direndam di air sabun yang ditambah 2 ml
larutan bayclean selama 15 menit.
o Setelah selesai direndam langkah selanjutnya
adalah membilas ekplas dengan air mengalir selama 15 menit.
o Setelah dibilas selanjutnya eksplan dibawa ke
ruang inkubasi untuk dimasukkan ke dalam laminar air flow untuk dilakukan
penanaman pada medium kultur jaringan tumbuhan.
o Akan tetapi sebelum laminar air flow digunakan
untuk penanaman eksplan, laminar air flow disiapkan dengan cara membersihkan
bagian dalam laminar air flow dengan menyemprot bagian dalam laminar air flow
dengan menggunakan larutan alkohol 96 % atau larutan spritus setelah itu diseka
dengan kertas tissue bersih yang sudah dibasahi dengan larutan alkohol.
Selanjutnya alat-alat untuk pelaksanaan penanaman eksplan seperti pinset,
skalpel, petridis, lampu bunsen, dimasukkan dengan sebelumnya disemprot dengan
alkohol.
o Setelah masuk semua ke dalam laminar air flow
selanjutnya laminar air flow ditutup dan di sterilisasi dengan menggunakan
lampu UV selama 2-3 jam. Setelah disterilisasi dengan lampu UV laminar air flow
½ jam sebelum digunakan blower dihidupkan dan dibiarkan sampai proses penanaman
eksplan selesai.
o Proses penanaman eksplan biji, daun dan batang
muda tumbuhan dimulai pertama-tama dengan memasukkan dalam larutan bayclean
dengan konsentrasi 15 % (15 ml bayclean dilarutkan dalam 85 ml aquadest steril)
selama 15 menit. Sedangkan untuk biji pertama-tama dimasukkan dalam larutan
bayclean dengan konsentrasi 20 % ( 20 ml bayclean yang dilarutkan di 80 ml
aquadest steril ) selama 10 menit setelah itu larutan bayclean 20 % dibuang dan
diganti dengan larutan bayclean 15 % selama 15 menit. Dan selama waktu itu
sambil digojog secara pelan-pelan agar larutan bayclean dapat merata mengenai
semua permukaan eksplan yang akan ditanam di media kultur.
o Setelah 15 menit larutan bayclean dibuang ke
botol penampungan dan selanjutnya eksplan dimasukkan dalam larutan aquadest
steril dan digojog pelan-pelan selama 10 menit.
o Setelah 10 menit larutan aquadest steril
dibuang ke botol penampungan dan eksplan dimasukkan ke dalam aquadest steril
dan digojog pelan-pelan lagi.
o Langkah pembilasan ini dilakukan sebanyak 3
kali masing-masing selama 10 menit. Langkah pembilasan ini untuk menghilangkan
sisa larutan sterilan dari eksplan yang masih menempel di eksplan.
o Siapkan skalpel dengan mata pisau yang tajam.
o Setelah semua selesai selanjutnya eksplan
diletakkan di atas petridis yang sebelumnya sudah disterilisasi dan pada saat
dibuka selanjutnya petridis bagian dalamnya disterilisasi dengan cara dibakar
di atas lampu bunsen.
o Dan di atas petridis eksplan daun dipotong
dengan bentuk kotak dengan tulang daun utama tepat berada di tengah dan ukuran
potongannya 1 x 1 cm. Sedangkan eksplan batang muda dipotong sepanjang sekitar
2 cm dengan nodus batang berada di tengah-tengah potongan batang tadi dan
daun-daun yang menempel di nodus batang dipotong disisakan sedikit bagian dari
tangkai daun.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
No
|
Alat
|
Fungsi
|
|
1.
|
Laminar air flow/enkas
|
Untuk menanam eksplan ke
dalam botol dalam kondisi steril atau melakukan sub kultur yang dilengkapi
dengan blower dan lampu UV.
|
|
2.
|
Pinset
|
Untuk mengambil eksplan.
|
|
3.
|
Spatula
|
Untuk mengambil eksplan
berupa biji/plb anggrek.
|
|
4.
|
Petridish
|
Tempat untuk memotong-motong
eksplan yang akan di tanam dalam botol kultur.
|
|
5.
|
Bunsen
|
Untuk menggarang/membakar
alat-alat kultur, seperti alat-alat diseksi ketika melakukan penanaman
sehingga peralatan tersebut tetap steril.
|
|
6.
|
Pot try
|
Tempat menanam plantlet.
|
|
7.
|
Kertas koran
|
Alas untuk mengeringkan
tanaman yang sudah di rendam.
|
|
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dalam kegiatan kultur jaringan,
tidak sedikit masalah-masalah yang muncul sebagai pengganggu dan bahkan menjadi
penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur yang dilakukan. Gangguan
kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, dari lingkungan
kultur, maupun dari manusianya.
Permasalahan dalam kultur ada yang dapat diprediksi sebelumnya dan ada
pula yang sulit diprediksi kejadiannya. Untuk yang tidak dapat diprediksi, car
mengatasinya tidak dapat secara preventif tetapi diselesaikan setelah kasus itu
muncul.
Adapun
masalah-masalah yang terjadi dalam kultur jaringan yaitu:
1)
Kontaminasi
Kontaminasi adalah gangguan
yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan. Munculnya gangguan ini
bila dipahami secara mendasar adalah merupakan sesuatu yang sangat wajar
sebagai konsekuensi penggunaan yang diperkaya. Fenomena
kontaminasi sangat beragam, keragaman tersebut dapat dilihat dari jenis
kontaminasinya (bakteri, jamur, virus, dan lain-lain).
Upaya mencegah terjadinya kontaminasi adalah biasakan membersihkan berbagai sarana yang diperlukan dalam kultur
jaringan, yakinkan bahwa proses sterilisasi
media secara baik dan benar dan lakukan proses penanaman bahan
pada keadaan anda nyaman dan cari waktu yang longgar.
2)
Pencoklatan/browning
Pencoklatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang
sering membuat tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Peristiwa
pencoklatan sesunggguhnya merupakan peristiwa alamiah yang biasa yang sering
terjadi.
Pencoklatan umumnya merupakan suatu tanda-tanda kemunduran fisiologi
eksplan dan tidak jarang berakhir pada kematian eksplan.
3)
Vitrifikasi
Vitrifikasi adalah suatu
istilah problem pada kultur yang ditandai dengan:
·
Munculnya
pertumbuhan dan pertumbuhan yang tidaknormal.
·
Tanaman
yang dihasikan pendek-pendek atau kerdil.
·
Pertrumbuhan
batang cenderung ke arah penambahan diameter
·
Tanaman
utuhnya menjadi sangat turgescent.
·
Pada
daunnya tidak memiliki jaringan pallisade.
4) Variabilitas Genetik
Bila kultur jaringan digunakan untuk upaya perbanyakan tanaman yang
seragam dalam jumlah yang banyak, dan bukan sebagai upayapemuliaan tanaman maka
variasi genetik adalah kendala. Variasi genetik dapat terjadi pada kultur in
vitro karena:
Laju multiflikasi yang tinggi, variasi terjadi karena terjadinya sub
kultur berulang yang tidak terkontrol dan penggunaan teknik yang tidak
sesuai.
Variasi genetik yang paling umum terjadi pada kultur kalus dan kultur
suspensi sel, hal tersebut terjadi karena munculnya sifat instabilitas kromosom
mungkin akibat teknis kultur, media atau hormon.
Cara mengatasi problem variasi genetik tentunya tidak sederhana, harus
memperhatikan aspek yang dikulturkan.
5)
Pertumbuhan dan Perkembangan
Problem utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila eksplan
yang ditanam mengalami stagnasi, dari mulai tanam hingga kurun waktu tertentu
tidak mati tetapi tidak tumbuh.
Untuk menghindari hal itu dapat dilakukan dengan preventif menghindari
bahan tanam yang tidak juvenil atau tidak meristematik. Karena awal pertumbuhan
eksplan akan dimulai dari sel-sel yang muda yang aktif membelah, atau dari
sel-sel tua yang muda kembali.
Media juag dapat menjadi sebab terjadinya stagnasi pertumbuhan, karena
dari kondisi medialah suatu sel dapat atau tidak terdorong melakukan proses
pembelahan dan pembesaran dirinya.Pada proses klutur jaringan yang bersifa
inderict embriogenesis, tahapan pembentukan kalus harus dilanjutkan dengan
mendorong induksi embriosomatik dari sel-sel kalus. Terjadinya embrio somatik
dapat secara endogen atau eksogen.
6)
Praperlakuan
Masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja,
pertumbuahn dan perkembangannya dlama botol saja tetapi juga sangat bisa
dipengaruhi oleh persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada kasus ini masalah akan
muncul bila kegiatan prapelakuaan tidak dilakukan.
Prapelakuan dilakukan umumnya untuk tujuan-tujuan tertentu, secara umum
adalah dalam rangka menghilangkan hambatan. Hambatan apat berupa hambatan
kemikalis, fisik, biologis. Hambatan berupa bahan kimia penanganannya harus
dimulai dari pengenalan senyawa aktif, potensi gangguan, proses reaksi dan
alternatif pengelolaannya.
7)
Lingkunagn Mikro
Masalah lingkungan inkubator juga tidak bisa diabaiakan karena ini juga
sering menjadi masalah. Suhu ruangan inkubator sangat menentukan optimasi
pertumbuhan eksplan, suhu yang terlalu rendah aatau tinggi dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan.
Kebutuhan antara satu tananaman dengan tanaman yang lain berbeda,
namunddemikian solusinya sulit dilakukan mengingat umumnya ruangan inkubator
suatu ruangan laboratorium kultur jaringan tidak bisa dibuat variasi antara
satu ruangan dengan bagian ruangan yang lainnya.
Sehingga optimasi pertumbuhan tidak bisa diharapkan sama antara kultur
yang satu dengan kultur yang lain.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
percobaan yang telah dilakukan, dapat di simpulkan bahwa:
· kultur jaringan adalah membudidayakan
suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti
induknya.
· Masalah yang timbul pada perbanyakan tanaman kultur jaringan dapat
diminimalisir, atau bahkan dihilangkan jika semua dilakukan dalam keadaaan yang
steril dan sesuai prosedur kerja.
· teknologi kultur jaringan merupakan penemuan yang sangat berguna
bagi kehidupan manusia, terutama dalam bidang pertanian.
5.2. Saran
Sebaiknya dalam proses praktikum perbanyakan tanaman dengan
cara kultur jaringan ini, praktikan diperbolehkan untuk melakukannya secara
langsung dan diberikan pemahaman yang lebih luas mengenai kultur jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
Anik Herawati, 1991. Manfaat kultur jaringan. http://www.scribd.com.
Diakses pada tanggal 17 Maret 2013.
Devi, 2012. Makalah
Kultur Jaringan. http://devinathania.blogspot.com
/2012/11/makalah-kultur-jaringan.html. Diakses pada tanggal 17
Maret 2013.
Gunawan, L., W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium
Kultur Jaringan Tumbuhan, Pusat Antar Unuversitas (PAU), Institut Pertanian
Bogor: Bogor.
Jati,Wijaya 2007. Aktif Biologi.
Ganeca Exact : Jakarta.
Suryowinoto, 1985. Panduan Kultur Jaringan.
http://www.docstoc.com /docs/ 80676685/Buku-Panduan-Kultur-Jaringan.
Diakses pada tanggal 17 Maret 2013.
0 komentar:
Posting Komentar