KOMPOS - UNHAS

KOMUNITAS MAHASISWA PERTANIAN ORGANIK DAN SAINS

Dalam Segala Hal yang Kita Lakukan Awali Semua dengan DOA

Dalam Segala Hal yang Kita Lakukan Awali Semua dengan DOA
saya

Kamis, 10 April 2014

LAPORAN KULTUR JARINGAN / TISSUE CULTURE REPORT



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang              
Kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.Kultur jaringan akan lebih besar presentase keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dinding tipis, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan meristem keadaannya selalu membelah, sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon yang mengatur pembelahan.

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam baha asing disebut sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.
Kultur jaringan akan lebih besar presentase keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dinding tipis, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini untuk tissue culture. Sebab, jaringan meristem keadaannya selalu membelah, sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon yang mengatur pembelahan.
Teknik kultur jaringan sebenarnya sangat sederhana, yaitu suatu sel atau irisan jaringan tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptik diletakkan dan dipelihara dalam medium pada atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril. dengan cara demikian sebaian sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami proliferasi dan membentuk kalus. Apabila kalus yang terbentuk dipindahkan kedlam medium diferensiasi yang cocok, maka akan terbentuk tanaman kecil yang lengkap dan disebut planlet. Dengan teknik kultur jaringan ini hanya dari satu irisan kecil suatu jaringan tanaman dapat dihasilkan kalus yang dapat menjadi planlet dalam jumlah yang besar.
Pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman ini berdasarkan teori sel sperti yang dikemukakan oleh Schleiden, yaitu bahwa sel mempunyai kemampuan autonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi adalah kemampuan setiap sel, darimana saja sel tersebut diambil, apabila diletakkan dilingkungan yangsesuai akan tumbuh menjadi tanaman yang sempurna.
Teknik kultur jaringan akan berhasil dengan baik apabila syarat-syarat yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai bahan dasar untuk pembentukkan kalus, penggunaan medium yang cocok, keadaan yang aseptik dan pengaturan udara yang baik terutama untuk kultur cair. Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi sebaiknya dipilih bagian tanaman yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu bagian meristem, seperti: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji dan sebagainya. Bila menggunakan embrio bagian bji-biji yang lain sebagai eksplan, yang perlu diperhatikan adalah kemasakan embrio, waktu imbibisi, temperatur dan dormansi.
1.2.Tujuan dan kegunaan
            Adapun tujuan dan kegunaan praktikum adalah sebagai berikut:
·      Praktikan mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam kultur jaringan.
·                   Praktikan mengetahui cara penanaman kultur jaringan.
·      Praktikan mengetahui penyebab penanaman kultur jaringan tidak berhasil.
·      Praktikan mengetahui cara pencegahan agar penanaman kultur jaringan berhasil.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah  banyak  dalam waktu  yang  relatif  singkat,  yang  mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan  tanaman  ini  diharapkan  juga  memperoleh  tanaman  baru  yang bersifat unggul. Secara lebih rinci dan jelas berikut ini akan  dibahas secara khusus   kegunaan   dari   kultur  jaringan   terhadap   berbagai  ilmu  pengetahuan
(Gunawan, 1988).
Perbanyakan tanaman secara besar-besaran telah dibuktikan keberhasilannya pada perkebunan kelapa sawit dan tebu. Dengan car kultur jaringan dapat klon suatu komoditas tanaman dalam relatif cepat. Manfaat yang dapat diperoleh dari kloning ini cukup banyak, misalnya: di luar pulau Jawa akan didirikan suatu perkebunan yang membutuhkan bibit tanaman dalam jumlah ribuan, maka sudah dapat dibayangkan betapa mahalnya biayanya hanya untuk trasnportasi saja. Hala ini dapat diatasi denga usaha kloning melalui budaya jaringan, karena hanya perlu membawa beberapa puluh botol planlet yang berisi ribuan bibit (Anik Herawati, 1991).
Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan biaya yang cukup banyak dalam persiapan pemberangkatan ataupun transportasinya. Pada ekspor anggrek, misalnya, orang luar negeri menghendaki bunga anggrek yang seragam baik bentuk maupun warnanya. Dalam hal ini dapat dipenuhi juga dengan usaha kloning. Bibit-bibit tanaman dari usaha mericlono (tanaman hasil budidaya meristem) akan berharga lebih mahal, karena induknya dipilih dari tanaman yang mempunyai sifat unggul (Anik Herawati, 1991).
Kultur jaringan tanaman telah dikenal banyak orang sebagai usaha mendapatkan varietas baru dari suatu jenis tanaman dalam waktu yang relatif lebih singkat dari pada dengan cara pemuliaan tanaman yang harus dilakukan penanaman secara berulang-ulang sampai beberapa generasi. Untuk mendapatkan varietas baru melalui kultur jaringan dapat dilakukan dengan cara isolasi protoplas dari 2 macam varietas yang difusikan. Atau dengan cara isolasi khloroplas suatu jenis tanaman yang dimasukkan kedalam protoplas jenis tanaman yang lain, sehingga terjadi penggabungan sifat-sifat yang baik dari kedua jenis tanaman tersebut hingga terjadi hibrid somatik (Suryowinoto, 1985).
Cara yang lain adalah dengan menyuntikkan protoplas dari suatu tanaman ketanaman lain. Contohnya transfer khloroplas dari tanaman tembakau berwarna hijau ke dalam protoplas tanaman tembakau yang albino, hasilnya sangat memuaskan karena tanaman tembakau menjadi hijau pula. Contoh lain adalah keberhasilan mentrasnfer khloroplas dari tanaman jagung ke dalam protoplas tanaman tebu hasilnya memuaskan (Gunawan, 1988).
Menciptakan varietas baru dapat pula dilakukan dengan menggunakan bantuan jenis bakteri seperti bakteri penyebab tumor yang disebut Agrobacterium tumifaciens. Bakteri ini disuntikkan pada tanaman sehat mempunyai buah ukuran besar, agar tanaman sehat tersebut menjadi sakit tumor. Bakteri yang berada dalam jaringan yang menonjol karena terkena tumor tersebut kemudian diambil dan disuntikkan kedalam tanaman lain yang ukuran buahnya kecil-kecil. Dengan cara ini terbukti bahwa tidak lama kemudian tanaman tersebut menghasilkan buah yang ukurannya besar. Hal ini membuktikan bahwa bakteri yang dipindahkan tersebut membawa sifat keturunan yang ada pada tanaman semula. Sedangkan untuk mendapatkan yang baru yang tahan terhadap stress garam, pestisida tertentu, logam berat, suhu rendah atau tinggi dan sebagainya dapat dilakukan dengan cara-cara khusus (Suryowinoto, 1985).
Menciptakan tanaman baru yang toleran terhadap stress garam pernah dilakukan oleh Handa, yaitu terhadap tanaman tomat dan tembakau. Pada penelitian ini menggunakan penambahan PEG (Poly Ethilen- Glycol) atau NaCL, yang biasa dipergunakan untuk mendapatkan kultivar yang toleransi terhadap garam. Beberapa jenis tanaman ada yang teramcam punah (endangered species), misalnya berbagai jenis tanaman pisang, tanaman melati, kenanga, kayu jati, dan kayu putih (Suryowinoto, 1985).
Usaha yang paling tepat untuk melestarikan tanaman yang terancam punah adalah dengan jalan kloning. Dengan usaha kloning ini, populasi dari tanaman tersebut akan terselamatkan, bahkan dapat bertambah, sekaligus sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman tersebut tetap terjamin. Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi, karena dari usaha ini dapat dihasilkan metabolit skunder upaya untuk pembuatan obat-obatan, yaitu dengan memisahkan unsur-unsur yang terdapat di dalam kalus ataupun protokormus, misalnya alkoloid, steroid, dan terponoid (Jati, 2007).
Dengan ditemukannya cara mendapatkan metabolit skunderdari kalus suatu eksplan yang di tumbuhkan dalam medium kultur jaringan, mak berarti dapat menghemat waktu dan tenaga. Dengan cara biasa, untuk mendapatkannya harus menunggu lama samapai tanaman cukup umur bahkan sampai berproduksi hingga bertahun-tahun. Sedangkan dengan teknik kultur jaringan hanya membuthkan waktu antara tiga minggu sampai satu bulan saja. Metabolit yang dihasilkan dari kalus ternyata juga memiliki kadar yang lebih tinggi daripada dengan cara biasa (langsung dari tanaman). Dengan cara pengambilan metabolit skunder dari kalus, biasanya selalu diperoleh kandungan lain yang lebih banyak jenisnya, karena seringkali timbul zat-zat alkaloid atau persenyawaan-persenyawaan lainnya yang sangat berguna untuk pengobatan (Jati, 2007).
Kultur jaringan juga memberikan masukkan atau informasi pengetahuan yang sangat bermanfaat dibidang fisiologi tanaman. Pada tanaman anggrek misalnya, telah berhasil diketahui bahwa jika ujung akarnya diiris melintang akan memperlihatkan warna tertentu. Warna tersebut nantinya akan sama dengan warna bunganya. Hal ini sangat berguna dalam bidang perdangan bunga hias, sebab walaupun tanamannya belum berbunga orang sudah dapat mengetahui warna bunga yang akan muncul (Jati, 2007).
Melalui perbanyakan vegetatif dengan kultur jaringan ternyata juga berpengaruh terhadap devisa negara. Misalnya, denagn terlaksananya ekspor tanaman anggrek ke negara lain, maka akan menaikkan devisan negara dibidang pertanian. Teknik kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan oleh para petani, baru beberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah mencoba melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan tanaman memerlukan keterampilan khusus dan harus diltar belakangi dengan ilmu pengetahuan dasar tentang fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia dan pertanian. Dengan demikian jelas akan amat sulit untuk diterima oleh kalangan petani biasa. Di samping itu, pelaksanaan teknik kultur jaringan mutlak memerlukan laboratorium khusus, walaupun dapat di usahakan secara sederhana (dalam ruang yang terbatas), namun tetap memerlukan peralatan yang memadai. Kemungkinan lain petani akan merasa enggan bekerja secara aseptik. Karena semua pekerjaan harus dilaksanakan secara hatri-hati dan cermat serta memerlukan kesabaran yang tinggi (Anik Herawati, 1991).
Biaya untuk mewujudkan perbanyakan tanaman secara in vitro ini juga sangat mahal, kecuali kita meramu medium sendiri. Bila kia terpaksa harus membeli medium yang sudah jadi (dalam kemasan) jelas akan sangat mahal, sebab medium yang sudah jadi masih harus di impor dari luar negeri. Apalagi kita harus membeli saran untuk perlakuan isolasi dan fusi protoplas, tentu biayanya akan bertambah besar. Enzim-enzim yang digunakan dalam kultur jaringan juga masih dibeli dari luar negeri sepertti Jepang (Suryowinoto, 1985).
BAB III
 METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat      
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, Tanggal 16 Maret 2013 Pukul 10.00 – 12.00 WITA bertempat di Puslitbang Bioteknologi, Pusat Kegiatan  Penelitian ( PKP ), Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2. Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum kultur jaringan adalah Laminary Air Flow, cawan petridish, pot try, kertas koran, spatula, pinset, gunting, bunsen, dan botol kultur.
            Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah eksplan, alkohol, air steril, dan media biakan.
3.3. Prosedur Kerja
·      Menyalakankan lampu light dan blower pada Laminary Air Flow.
·      Menyediakan media dan tanaman yang sudah di sterilkan.
·      Membasuh tangan dengan alkohol.
·      Mensterilkan alat dengan pemanas Bunsen.
·      Memotong tanaman pada setiap ruas batang , satu persatu.
·      Menanam tanaman yang sudah dipotong pada media.
·      Menanam tanaman dengan posisi berdiri tegap.
·      Sebelum dan sesudah ditutup botol harus dipanaskan dengan pemanas Bunsen.
Ø Catatan : setiap alat yang ingin digunakan harus melewati pemanas Bunsen.
o  Biji, daun, dan batang muda dicuci di air mengalir selama 15 menit.
o  Setelah dicuci di air mengalir selama 15 menit lalu biji, daun dan batang tersebut direndam di air sabun yang ditambah 2 ml larutan bayclean selama 15 menit.
o  Setelah selesai direndam langkah selanjutnya adalah membilas ekplas dengan air mengalir selama 15 menit.
o  Setelah dibilas selanjutnya eksplan dibawa ke ruang inkubasi untuk dimasukkan ke dalam laminar air flow untuk dilakukan penanaman pada medium kultur jaringan tumbuhan.
o  Akan tetapi sebelum laminar air flow digunakan untuk penanaman eksplan, laminar air flow disiapkan dengan cara membersihkan bagian dalam laminar air flow dengan menyemprot bagian dalam laminar air flow dengan menggunakan larutan alkohol 96 % atau larutan spritus setelah itu diseka dengan kertas tissue bersih yang sudah dibasahi dengan larutan alkohol. Selanjutnya alat-alat untuk pelaksanaan penanaman eksplan seperti pinset, skalpel, petridis, lampu bunsen, dimasukkan dengan sebelumnya disemprot dengan alkohol.
o  Setelah masuk semua ke dalam laminar air flow selanjutnya laminar air flow ditutup dan di sterilisasi dengan menggunakan lampu UV selama 2-3 jam. Setelah disterilisasi dengan lampu UV laminar air flow ½ jam sebelum digunakan blower dihidupkan dan dibiarkan sampai proses penanaman eksplan selesai.
o  Proses penanaman eksplan biji, daun dan batang muda tumbuhan dimulai pertama-tama dengan memasukkan dalam larutan bayclean dengan konsentrasi 15 % (15 ml bayclean dilarutkan dalam 85 ml aquadest steril) selama 15 menit. Sedangkan untuk biji pertama-tama dimasukkan dalam larutan bayclean dengan konsentrasi 20 % ( 20 ml bayclean yang dilarutkan di 80 ml aquadest steril ) selama 10 menit setelah itu larutan bayclean 20 % dibuang dan diganti dengan larutan bayclean 15 % selama 15 menit. Dan selama waktu itu sambil digojog secara pelan-pelan agar larutan bayclean dapat merata mengenai semua permukaan eksplan yang akan ditanam di media kultur.
o  Setelah 15 menit larutan bayclean dibuang ke botol penampungan dan selanjutnya eksplan dimasukkan dalam larutan aquadest steril dan digojog pelan-pelan selama 10 menit.
o  Setelah 10 menit larutan aquadest steril dibuang ke botol penampungan dan eksplan dimasukkan ke dalam aquadest steril dan digojog pelan-pelan lagi.
o  Langkah pembilasan ini dilakukan sebanyak 3 kali masing-masing selama 10 menit. Langkah pembilasan ini untuk menghilangkan sisa larutan sterilan dari eksplan yang masih menempel di eksplan.
o  Siapkan skalpel dengan mata pisau yang tajam.
o  Setelah semua selesai selanjutnya eksplan diletakkan di atas petridis yang sebelumnya sudah disterilisasi dan pada saat dibuka selanjutnya petridis bagian dalamnya disterilisasi dengan cara dibakar di atas lampu bunsen.
o  Dan di atas petridis eksplan daun dipotong dengan bentuk kotak dengan tulang daun utama tepat berada di tengah dan ukuran potongannya 1 x 1 cm. Sedangkan eksplan batang muda dipotong sepanjang sekitar 2 cm dengan nodus batang berada di tengah-tengah potongan batang tadi dan daun-daun yang menempel di nodus batang dipotong disisakan sedikit bagian dari tangkai daun.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
No
Alat
Fungsi

1.
Laminar air flow/enkas
Untuk menanam eksplan ke dalam botol dalam kondisi steril atau melakukan sub kultur yang dilengkapi dengan blower dan lampu UV.

2.
Pinset
Untuk mengambil eksplan.

3.
Spatula
Untuk mengambil eksplan berupa biji/plb anggrek.

4.
Petridish
Tempat untuk memotong-motong eksplan yang akan di tanam dalam botol kultur.

5.
Bunsen
Untuk menggarang/membakar alat-alat kultur, seperti alat-alat diseksi ketika melakukan penanaman sehingga peralatan tersebut tetap steril.

6.
Pot try
Tempat menanam plantlet.

7.
Kertas koran
Alas untuk mengeringkan tanaman yang sudah di rendam.






4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dalam kegiatan kultur jaringan, tidak sedikit masalah-masalah yang muncul sebagai pengganggu dan bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur yang dilakukan. Gangguan kultur secara umum dapat muncul dari bahan yang ditanam, dari lingkungan kultur, maupun dari manusianya.
Permasalahan dalam kultur ada yang dapat diprediksi sebelumnya dan ada pula yang sulit diprediksi kejadiannya. Untuk yang tidak dapat diprediksi, car mengatasinya tidak dapat secara preventif tetapi diselesaikan setelah kasus itu muncul.
Adapun masalah-masalah yang terjadi dalam kultur jaringan yaitu:
1) Kontaminasi
Kontaminasi adalah gangguan yang sangat umum terjadi dalam kegiatan kultur jaringan. Munculnya gangguan ini bila dipahami secara mendasar adalah merupakan sesuatu yang sangat wajar sebagai konsekuensi penggunaan yang diperkaya. Fenomena kontaminasi sangat beragam, keragaman tersebut dapat dilihat dari jenis kontaminasinya (bakteri, jamur, virus, dan lain-lain).
Upaya mencegah terjadinya kontaminasi adalah biasakan membersihkan berbagai sarana yang diperlukan dalam kultur jaringan, yakinkan bahwa proses sterilisasi media secara baik dan benar dan lakukan proses penanaman bahan pada keadaan anda nyaman dan cari waktu yang longgar.
2) Pencoklatan/browning
Pencoklatan adalah suatu karakter munculnya warna coklat atau hitam yang sering membuat tidak terjadinya pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Peristiwa pencoklatan sesunggguhnya merupakan peristiwa alamiah yang biasa yang sering terjadi.
Pencoklatan umumnya merupakan suatu tanda-tanda kemunduran fisiologi eksplan dan tidak jarang berakhir pada kematian eksplan.
3) Vitrifikasi
Vitrifikasi adalah suatu istilah problem pada kultur yang ditandai dengan:
·         Munculnya pertumbuhan dan pertumbuhan yang tidaknormal.
·         Tanaman yang dihasikan pendek-pendek atau kerdil.
·         Pertrumbuhan batang cenderung ke arah penambahan diameter
·         Tanaman utuhnya menjadi sangat turgescent.
·         Pada daunnya tidak memiliki jaringan pallisade.
4) Variabilitas Genetik
Bila kultur jaringan digunakan untuk upaya perbanyakan tanaman yang seragam dalam jumlah yang banyak, dan bukan sebagai upayapemuliaan tanaman maka variasi genetik adalah kendala. Variasi genetik dapat terjadi pada kultur in vitro karena:
      Laju multiflikasi yang tinggi, variasi terjadi karena terjadinya sub kultur berulang yang tidak terkontrol dan penggunaan teknik yang tidak sesuai.
Variasi genetik yang paling umum terjadi pada kultur kalus dan kultur suspensi sel, hal tersebut terjadi karena munculnya sifat instabilitas kromosom mungkin akibat teknis kultur, media atau hormon.
Cara mengatasi problem variasi genetik tentunya tidak sederhana, harus memperhatikan aspek yang dikulturkan.
5) Pertumbuhan dan Perkembangan
Problem utama berkaitan dengan proses pertumbuhan adalah bila eksplan yang ditanam mengalami stagnasi, dari mulai tanam hingga kurun waktu tertentu tidak mati tetapi tidak tumbuh.
Untuk menghindari hal itu dapat dilakukan dengan preventif menghindari bahan tanam yang tidak juvenil atau tidak meristematik. Karena awal pertumbuhan eksplan akan dimulai dari sel-sel yang muda yang aktif membelah, atau dari sel-sel tua yang muda kembali.
Media juag dapat menjadi sebab terjadinya stagnasi pertumbuhan, karena dari kondisi medialah suatu sel dapat atau tidak terdorong melakukan proses pembelahan dan pembesaran dirinya.Pada proses klutur jaringan yang bersifa inderict embriogenesis, tahapan pembentukan kalus harus dilanjutkan dengan mendorong induksi embriosomatik dari sel-sel kalus. Terjadinya embrio somatik dapat secara endogen atau eksogen.
6) Praperlakuan
Masalah pada kegiatan in vitro bukan hanya dari penanaman eksplan saja, pertumbuahn dan perkembangannya dlama botol saja tetapi juga sangat bisa dipengaruhi oleh persyaratan kegiatan prapelakuan. Pada kasus ini masalah akan muncul bila kegiatan prapelakuaan tidak dilakukan.
Prapelakuan dilakukan umumnya untuk tujuan-tujuan tertentu, secara umum adalah dalam rangka menghilangkan hambatan. Hambatan apat berupa hambatan kemikalis, fisik, biologis. Hambatan berupa bahan kimia penanganannya harus dimulai dari pengenalan senyawa aktif, potensi gangguan, proses reaksi dan alternatif pengelolaannya.
7) Lingkunagn Mikro
Masalah lingkungan inkubator juga tidak bisa diabaiakan karena ini juga sering menjadi masalah. Suhu ruangan inkubator sangat menentukan optimasi pertumbuhan eksplan, suhu yang terlalu rendah aatau tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada eksplan.
Kebutuhan antara satu tananaman dengan tanaman yang lain berbeda, namunddemikian solusinya sulit dilakukan mengingat umumnya ruangan inkubator suatu ruangan laboratorium kultur jaringan tidak bisa dibuat variasi antara satu ruangan dengan bagian ruangan yang lainnya.
Sehingga optimasi pertumbuhan tidak bisa diharapkan sama antara kultur yang satu dengan kultur yang lain.


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat di simpulkan bahwa:
·      kultur jaringan adalah membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya.
·      Masalah yang timbul pada perbanyakan tanaman kultur jaringan dapat diminimalisir, atau bahkan dihilangkan jika semua dilakukan dalam keadaaan yang steril dan sesuai prosedur kerja.
·      teknologi kultur jaringan merupakan penemuan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, terutama dalam bidang pertanian.

5.2. Saran
Sebaiknya dalam proses praktikum perbanyakan tanaman dengan cara kultur jaringan ini, praktikan diperbolehkan untuk melakukannya secara langsung dan diberikan pemahaman yang lebih luas mengenai kultur jaringan.


DAFTAR PUSTAKA
Anik Herawati, 1991. Manfaat kultur jaringan. http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 17 Maret 2013.
Devi, 2012. Makalah Kultur Jaringan. http://devinathania.blogspot.com /2012/11/makalah-kultur-jaringan.html. Diakses pada tanggal 17 Maret 2013.
Gunawan, L., W. 1988. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan, Pusat Antar Unuversitas (PAU), Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Jati,Wijaya 2007. Aktif Biologi. Ganeca Exact : Jakarta.
Suryowinoto, 1985. Panduan Kultur Jaringan. http://www.docstoc.com /docs/ 80676685/Buku-Panduan-Kultur-Jaringan. Diakses pada tanggal 17 Maret 2013.

0 komentar:

Posting Komentar